Ruang publik akhir-akhir ini didominasi pernyataan bekas politikus PKS Yusuf Supendi. Ragam persoalan internal PKS tumpah ruah. Yusuf menghadirkan banyak kejutan soal PKS. Ada apa dengan Yusuf?
Nama Yusuf Supendi, tiba-tiba melejit bak meteor. Meski pernah menjadi anggota DPR periode 2004-2009, namun justru setelah pensiun dari DPR namanya melejit. Jelas bukan prestasi yang membuat namanya mencuat. Ironinya, karena ragam pernyataan sensitifnya yang mengibarkan namanya.
Sejumlah perkara sensitif yang sifatnya pribadi pun, Yusuf 'ewer-ewer' ke publik. Sebut saja urusan poligami salah satu petinggi PKS juga masuk ruang publik dan politik.
“Pada saatnya, nama tiga elit PKS itu boleh dibuka. Pasti ini akan gempar, karena saya menangani banyak kasus poligami di PKS. Saya akan keluarkan peluru ini satu per satu nanti. Sekarang, nama-nama itu jangan disebut dulu. Kasusnya saja diungkap," ujar Yusuf Supendi.
Sebelumnya, Yusuf juga berkoar-koar soal serentetan kasus yang diduga melibatkan petinggi PKS seperti Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq dan Sekjen DPP PKS Anis Matta. Luthfi terkait isi SMS ancaman terhadap Yusuf. Sedangkan Anis Matta terkait dugaan penilepan sejumlah uang.
Sumber INILAH.COM di internal DPP PKS menyebutkan, apa yang dilakukan Yusuf Supendi saat ini sebenarnya cerita lama. Hal tersebut tidak terlepas soal pemecatan Yusuf Supendi dari PKS.
Sumber tersebut menyebutkan, beberapa persoalan yang muncul dari Yusuf terkait dengan keengganan dirinya untuk menyumbang ke partai. "Dulu ada SK 25 dari DPP PKS yang memotong gaji anggota DPR sebesar Rp6 juta. Namun selama Yusuf berada di DPR, tidak pernah menyumbang ke partai dan dapil," jelasnya.
Selain persoalan tersebut, Yusuf juga pernah tersandung penggunaan uang yayasan yatim piatu. "Tapi sudah dikembalikan. Waktu itu Ustadz Yusuf lagi perlu," katanya.
Kapasitas Yusuf Supendi yang juga mantan anggota Dewan Syariah Pusat PKS sebagai tempat pengadilan internal kader PKS, jelas memiliki dokumen penting tentang kader-kader partai yang diadukan di lembaga tersebut. Sayangnya, kapasitas Yusuf tersebut justru menjadi alat baginya untuk merusak PKS.
Jika niat Yusuf Supendi melakukan serangkaian manuver ini untuk kebaikan partai, sejatinya ada mekanisme yang harus ditempuh. Klaim Yusuf Dewan Syariah Pusat PKS tidak meladeni aduannya, ternyata ditampik sejumlah elit PKS.
Kini, setelah mengadukan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq Yusuf justru mengumbar persoalan sangat privat kader PKS yakni ihwal pernikahan poligami sejumlah kader.
Persoalan yang sejatinya menjadi urusan personal, tapi kemudian berkat Yusuf digeser menjadi urusan publik. Jelas ini tidak tepat. Ruang publik jelas untuk publik. Bukan untuk urusan personal.
Politikus senior PKS Soeripto mengaku, PKS telah lama melakukan upaya pendekatan dan mediasi dengan Yusuf Supendi. Namun beragam usaha tidak mempan. "Sudah berkali-kali kita lakukan pendekatan. Tapi ya seperti itu adanya," katanya kepada INILAH.COM. di Jakarta, Minggu (20/3/2011).
Meminjam istilah Menseskab Dipo Alam, jangan sampai Yusuf Supendi melakukan serangkaian manuver ini seperti gagak hitam yang berjubah merpati putih. Tampilan depan untuk perbaikan, namun sejatinya di dalamnya mengandung rasa dendam dan sakit hati.
Begitu pula, Yusuf jangan sampai menggunakan mata kalong, yang melihat hanya dari sudut pandang kegelapan saja. Sebagai mantan pendiri PKS, seharusnya Yusuf dapat melakukan upaya lebih konstruktif, jika niatannya untuk meluruskan PKS. Jangan merusak susu sebelangga karena nila setitik. Langkah Yusuf potensial merusak susuk sebelanga, yang bernama PKS.
0 komentar:
Posting Komentar