IRWAN - HASAN HAMIDO - MUDZAKKIR ALI

Ketiga ikhwah ini yang berhikmat dan mengabdikan dirinya di DPD PKS Makassar, periode 2009 - 2014

Hasan Hamido

Ketua DPD PKS Kota Makassar.

Muh.Djafar Nurdin

Ketua Dewan Pimpinan Cabang Kecamatan Tallo

Irwan, ST.

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Makassar.

Andi Akmal Pasluddin

Anggota Legislatif DPR RI.

Senin, 18 Juni 2012

PKS Bangun Kebersamaan di Akkarena



MAKASSAR, FAJAR -- DPD Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Makassar menyisihkan waktu senggang jelang pilgub Sulsel, pilwalkot Makassar maupun pemilu 2014. Mereka membangun kebersamaan melalui family gathering di Pantai Akkarena, Minggu, 17 Juni.

Setidaknya 3.000 kader dan keluarga kader PKS ambil bagian. Ini sengaja dilakukan PKS agar sejak dini terbangun kebersamaan sehingga kader dan keluarga kader PKS tetap solid bersuara untuk PKS. "Family gathering disertai kegiatan hiburan dan perlombaan. Kita ingin kader semakin memperkuat hubungan silaturahmi melalui kegiatan seperti ini," imbuh Sekretaris DPD PKS Makassar, Mudzakkir Ali Djamil.

Upaya membangun kebersamaan melalui family gathering ini dimulai dengan senam PKS Nusantara. Ketua DPD PKS Makassar, Hasan Hamido menyatakan silaturahmi kader PKS ini merupakan agenda tahunan.

Kegiatan juga dihadiri Dewan Pengurus Wilayah (DPW) PKS Sulsel di antaranya, Andi Akmal Pasluddin, Amru Saher, Jafar Sodding serta beberapa aleg DPRD kota Makassar, Asriady Samad, Mudzakkir Ali Jamil, Iqbal Djalil. Kandidat cabup Takalar, Syamsari Kitta memenangkan lomba istana pasir sementara lomba tarik tambang dimenangkan DPC Panakkukang. (sah/ysd)

Capres Ikhwanul Muslimin Unggul atas Loyalis Mubarak



REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Perhitungan sementara pemilihan Presiden Mesir tahap kedua yang berakhir Ahad (17/6) malam, menunjukkan calon presiden dari Ikhwanul Muslimin, Mohamed Moursi, mampu mengungguli Ahmed Shafik, Capres loyalis mantan Presiden Hosni Mubarak.

Moursi dilaporkan meraih suara terbanyak di 19 dari seluruh 27 provinsi Mesir seperti di Kairo, Iskandariyah, Almenia, Souhag, Aswan, Ismailiyah.Monofiah, Fayooum, Wadil Gadid,

Sedangkan Shafik melaju di provinsi Garbiyah, Dakhaliyah, Sinai Utara dan Sinai Selatan dan Port Said.

Menurut kantor berita Mesir, MENA, perhitungan sementara di seluruh Mesir, Moursi tercatat meraih 2.846.854 suara dan Shafik memperoleh 2.158.826 suara.

Jumlah pemilih tercatat 50 juta, namun pengguna hak suara diperkirakan di bawah 60 persen.

Pilpres yang berlangsung dua hari itu diperpanjang dua jam hingga pukul 22.00 waktu setempat akibat banyaknya pemilih menjelang malam.

Pada siang hari, berbagai tempat pemungutan suara dilaporkan sepi pemilih akibat cuaca panas yang di beberapa tempat mencapai 40 derajat celsius.

Selain cuaca panas, beberapa kelompok gerakan revolusi memboikot Pilpres tersebut akibat protes terhadap keikutsertaan loyalis Mubarak, Ahmed Shafik.

Moursi dan Shafik lolos dalam Pilpres tahap kedua setelah memperoleh suara terbanyak dalam Pilpres tahap pertama pada 23 dan 24 Mei lalu yang diikuti 13 Capres.

Ini merupakan Pilpres pertama pasca revolusi yang menumbangkan rezim Mubarak pada 11 Februari 2011.

Pilpres tersebut diwarnai dengan pembubaran parlemen sesuai dengan keputusan Mahkamah Konstitusi pada Kamis (14/6) yang menyatakan bahwa proses pembentukan parlemen bertentangan dengan konstitusi

Kamis, 14 Juni 2012

Sosok penyelamat misterius di Suriah, Mujahidin atau Malaikat?



SURIAH (Arrahmah.com) - Situs Mujahidin Kavkaz Center merilis laporan tentang rekaman video di Suriah yang telah diposting di internet. Dalam video tersebut menunjukkan seorang laki-laki yang tertembak, terluka atau gugur - tidak jelas apakah pria itu masih hidup atau telah syahid - tergeletak di jalan. Orang-orang sekitar bersembunyi dan tidak dapat mendekati dan menolong saudaranya karena jalanan dihujani tembakan oleh pasukan rezim Syi'ah Nushairuyah, bala tentara Bashar Assad.

Banyak teriakan disana, orang-orang yang berada disekitar sibuk dengan keadaan yang genting dan tidak tahu bagaimana harus membantu pria tak berdaya itu. Pada saat itu, seorang sosok misterius yang memakai pakaian serba putih mendekati pria yang tak berdaya itu dari belakang. Tingkahnya nampak aneh dan sangat tenang, tidak menampakkan emosi atau ketakutan apapun.


Para Demonstran Muslim berhamburan di jalan karena ditembaki oleh tentara Assad


Pria Muslim yang memisahkan diri kemudian ia terkena tembakan tergeletak dijalan

Sosok misterius berpakaian putih itu berjalan perlahan-lahan, tanpa mempercepat langkahnya, mendekati pria yang tergeletak di jalan tersebut yang beratnya diperkirakan tidak lebih dari 80 kg, dan dengan tenang membawanya.


Sosok misterius berjubah putih tiba-tiba datang berjalan dengan tenang


Sosok berjubah itu kemudian mengambil korban yang tergeletak dengan tenang


Sosok berjubah putih membawa korban yang tertembak dengan santai


Sosok berjubah putih berjalan dengan santai membawa muslim yang tak berdaya itu dan hendak menyerahkannya kepada orang yang berada di tempat


Sosok misterius menyerahkan korban kepada kerumunan orang, kemudian menghilang

Kemudian dengan satu tangan, ia memberikan pria itu ke orang yang berada di kerumunan. Kemudian sosok putih misterius itu hilang tak diketahui.

Seperti yang ditunjukkan oleh saksi mata di tempat kejadian, sosok tak dikenal yang memakai jubah putih tanpa noda itu, yang sungguh tidak terlihat sama sekali seperti dalam situasi perang, yang kotor, berdebu dan ekspresi kepanikan atau ketakutan karena gencarnya penembakan dan penghancuran.

Sumber-sumber di Suriah mengatakan bahwa ini bukan satu-satunya kejadian misterius yang pernah terjadi di Suriah, saksi mata pernah melihat beberapa sosok misterius dengan pakaian serba putih, yang berpartisipasi dalam pertempuran atau terjadinya pembantaian di Suriah oleh pasukan Alawiyah pimpinan Bashar Assad terhadap kaum Muslimin. Cerita ini hanyalah salah satu dari sejumlah dokumen langka yang terekam kamera.

Kaum Muslimin bertanya-tanya: Siapakah sosok-sosok misterius itu? Mujahidin atau Malaikat?

Hanya Allah yang Tahu

Allahu a'lam bishawab
sumber: http://arrahmah.com/read/2012/05/02/19861-sosok-penyelamat-misterius-di-suriah-mujahidin-atau-malaikat.html

Selasa, 12 Juni 2012

Walikota Depok Naik Motor ke Kantor?



REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK---Wali Kota Depok Nur Mahmudi Ismail menggunakan sepeda motor untuk berangkat ke kantor sebagai perwujudan atas program hemat energi. "Tak masalah menggunakan sepeda motor, karena sudah biasa sebelumnya," kata Nur Mahmudi yang mengendarai sendiri sepeda motor dari kediaman di Cimanggis menuju Balaikota Depok di Jalan Margonda, Depok, Jawa Barat, Selasa.



Ia mengatakan, pihaknya dengan para aparatur PNS di Kota Depok sepakat untuk tidak menggunakan mobil dinas selama satu hari setiap Selasa atau "One Day No car". "Program tersebut diberlakukan kepada seluruh pegawai negeri sipil di Kota Depok," ujarnya.

Pada hari pertama "One Day No Car", dia menggunakan sepeda motor matic warna putih-biru bernomor polisiB 6274 EUT.

Ia mengatakan, berdasarkan lima kebijakan Presiden tentang penghematan bahan bakar minyak dan listrik, yaitu pertama pengendalian sistem distribusi di setiap SPBU, kedua pelarangan BBM bersubsidi untuk kendaraan pemerintah, baik pusat maupun daerah.

Selanjutnya, ketiga pelarangan BBM bersubsidi untuk kendaraan perkebunan dan pertambangan. Keempat konversi bahan bakar minyak ke bahan bakar gas. Kelima penghematan penggunaan listrik dan air di Kantor Pemerintah baik pusat maupun daerah, BUMN maupun BUMD.

Selain itu juga Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral nomor 12 Tahun 2012 tentang Pengendalian Penggunaan Bahan Bakar Minyak. Mengacu pada kebijakan Presiden dan Peraturan Menteri ESDM Nomor 12 Tahun 2012.

"Gerakan 'One Day No Car' bertujuan untuk penghematan penggunaan bahan bakar non subsidi dan mengurangi polusi udara di lingkungan," ujarnya.

Ia menjelaskan, kebijakan ini dilatarbelakangi oleh kesadaran akan pentingnya menghemat energi mengingat bahan bakar minyak merupakan energi yang ketersediaannya terbatas dan tidak bisa diperbaharui.

Dengan program tersebut diharapkan Kota Depok bisa turut berkontribusi bagi keberlangsungan energi nasional sehingga manfaatnya bisa terus dirasakan oleh generasi di masa yang akan datang.

Wali Kota berharap kebijakan tersebut akan menjadi contoh bagi masyarakat agar lebih bijak dalam menggunakan kendaraan pribadi dan lebih memilih tranportasi umum dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Wali Songo, Bukti Organisasi Dakwah yang Hebat (Bag 1)



REPUBLIKA.CO.ID, “Menelusuri jejak masuknya Islam di Jawa berarti mengidentifikasi konsep dakwah yang luar biasa,” demikian peneliti yang juga pengamat sejarah Islam, Asep Sobari, Lc

Ia melihat, penyebaran Islam di Tanah Jawa khususnya dan Nusantara umumnya sesuai dengan karakter dakwah Islam sejak masa Rasulullah saw.

Alumni Universitas Islam Madinah itu menambahkan, sejarah penyebaran Islam di Jawa yang terungkap adalah hanya sebatas jejak penyebaran yang dilakukan secara masif.

“Jauh sebelum periode itu, Islam telah masuk ke Jawa,” ujar wakil direktur eksekutif Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (Insists) ini kepada reporter Republika, Devi A. Oktavika.

Ada banyak versi mengenai periode masuknya Islam ke Jawa. Dapatkah Anda menjelaskannya secara ringkas?

Jika memang harus menyoroti masuknya Islam ke Pulau Jawa, saya kira kita tidak bisa tidak membicarakan sejarah masuknya Islam ke Nusantara. Sulit memisahkan keduanya, karena menurut saya, Islam masuk ke Jawa tidak lama setelah ia masuk ke Indonesia. Jadi jika ditanya kapan ajaran Islam masuk Jawa, jawabannya dapat kita peroleh jika kita membaca sejarah masuknya Islam ke Nusantara.

Bahkan, saya pun yakin, sangat mungkin Islam mulai masuk ke Nusantara pada periode yang jauh lebih awal dari sajian informasi dari buku-buku sejarah yang banyak kita baca. Kitab Tarikh Thobari misalnya, menceritakan bahwa sekitar 450 tahun sebelum kelahiran Rasulullah saw, rempah Indonesia telah diperdagangkan dengan suku Quraisy.

Dari sini dapat kita simpulkan bahwa jalur dagang telah terbentuk sejak lama, dan Indonesia adalah salah satu bagian dari rute tersebut. Selain itu, yang diamati adalah bahwa karakteristik dakwah Islam tidak pernah berubah sejak zaman Rasulullah dan para sahabat. Yakni, ketika proses dakwah Islam telah sampai di satu tempat yang belum pernah dijangkau, ia akan dijadikan basis penguatan dakwah tersebut. Setelah basis dakwah tersebut kuat, maka dilakukan lah penyebaran yang lebih jauh lagi.

Minggu, 10 Juni 2012

Pernahkah Anda Melihat Syahrul pakai baju PKS?

Syahrul yang baru saja terpilih sebagai gubernur Sulawesi Selatan ,kala itu memberi sambutan pada acara milad PKS di Kabupaten Pangkep. Dengan gaya dan orasi khas Syahrul dia meminta Jas PKS di antara kalimat orasinya. Gayung bersambut pengurus wilayah PKS dengan sigap dan cepat naik ke panggung memberikan jas PKS kepada beliau.Dan 'standing aplaus' terlihat di mana mana.....




Jumat, 08 Juni 2012

Resepsi pernikahan akh Rizal

Selama 4 tahun mendampingi saya sebagai sekretaris DPC, akhirnya setelah lepas dari amanah partai dan bekerja sebagai guru swasta , alhamdulillah menikah juga ....walimahannya dihadiri oleh hampir semua kader yang ada di dapil4...meriah deh pokoknya

Rabu, 06 Juni 2012

Pidato Hasyim Muzadi, Keren


Baru-baru ini beredar pidato menghebohkan dari mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi melalui pesan berantai BlackBerry Messenger (BBM) dan media sosial.

Bagi umat Muslim yang komitmen dengan syariat Islam, pidato Hasyim Muzadi itu adalah pidato yang brilian dan patut mendapat acungan jempol. Namun, bagi kalangan liberal dan pihak-pihak yang “memusuhi” Islam, pidato itu dianggap “radikal.”

Seperti apa pidato yang menghebohkan itu? Berikut isi pidato Hasyim Muzadi yang juga Presiden WCRP (World Conference on Religions for Peace) dan Sekjen ICIS (International Conference for Islamic Scholars) tentang tuduhan INTOLERANSI agama di Indonesia oleh Sidang PBB di Jeneva :

"Selaku Presiden WCRP dan Sekjen ICIS, saya sangat menyayangkan tuduhan INTOLERANSI agama di Indonesia. Pembahasan di forum dunia itu, pasti karena laporan dari dalam negeri Indonesia. Selama berkeliling dunia, saya belum menemukan negara muslim mana pun yang setoleran Indonesia.

Kalau yang dipakai ukuran adalah masalah AHMADIYAH, memang karena Ahmadiyah menyimpang dari pokok ajaran Islam, namun selalu menggunakan stempel Islam dan berorientasi Politik Barat. Seandainya Ahmadiyah merupakan agama tersendiri, pasti tidak dipersoalkan oleh umat Islam.

Kalau yang jadi ukuran adalah GKI YASMIN Bogor, saya berkali-kali ke sana, namun tampaknya mereka tidak ingin selesai. Mereka lebih senang Yasmin menjadi masalah nasional & dunia untuk kepentingan lain daripada masalahnya selesai.

Kalau ukurannya PENDIRIAN GEREJA, faktornya adalah lingkungan. Di Jawa pendirian gereja sulit, tapi di Kupang (Batuplat) pendirian masjid juga sangat sulit. Belum lagi pendirian masjid di Papua. ICIS selalu melakukan mediasi.

Kalau ukurannya LADY GAGA & IRSHAD MANJI, bangsa mana yang ingin tata nilainya dirusak, kecuali mereka yang ingin menjual bangsanya sendiri untuk kebanggaan Intelektualisme Kosong ?

Kalau ukurannya HAM, lalu di Papua kenapa TNI / Polri / Imam Masjid berguguran tidak ada yang bicara HAM? Indonesia lebih baik toleransinya dari Swiss yang sampai sekarang tidak memperbolehkan Menara Masjid, lebih baik dari Perancis yang masih mempersoalkan Jilbab, lebih baik dari Denmark, Swedia dan Norwegia, yang tidak menghormati agama, karena di sana ada UU Perkawiman Sejenis. Agama mana yang memperkenankan perkawinan sejenis ?!

Akhirnya kembali kepada bangsa Indonesia, kaum muslimin sendiri yang harus sadar dan tegas, membedakan mana HAM yang benar (humanisme) dan mana yang sekedar Weternisme". [JJ/Trb/yi]

Minggu, 03 Juni 2012

Relawan Hidayat di ancam senjata api



Underground Tauhid - Relawan dari pasangan calon gubernur DKI Jakarta, Hidayat Nur Wahid-Didiek Rachbini, mengalami intimidasi saat menyebarkan poster jagoan mereka di daerah Rawa Badak, Jakarta Utara, Sabtu (2/6). Namun hal tersebut sudah diselesaikan secara kekeluargaan.

“Salah paham biasa saja, sudah clear sekarang. Tidak ada laporan ke kepolisian karena sudah diselesaikan kekeluargaan saja,” kata anggota DPRD DKI Jakarta dari PKS, Tubagus Arif, pada detikcom, Minggu (3/6/2012).

Tubagus merupakan pemilik rumah yang menjadi posko pendukung Hidayat-Didiek di daerah tersebut. Rumah Tubagus tidak luput dari aksi premanisme yang melarang pemasangan poster dan banner Hidayat-Didiek.

Tubagus menambahkan kejadian yang dikarenakan salah paham tersebut menghasilkan kesepakatan soal pemasangan atribut calon gubernur dalam pilkada DKI. Kesepakatan tersebut terkait dengan daerah yang diperkenankan dan tidak diperkenankan dalam memasang atribut pilkada.

“kesepakatan saja, cuman daerah situ saja. Ini biasa saja,” jelasnya.

Kejadian intimidasi tersebut terjadi Sabtu malam di daerah Rawa Badak, berikut kejadiannya berdasarkan rilis yang diterima detikcom dari tim Hidayat-Didiek, Minggu (3/6):

Relawan Hidayat-Didiek yang tengah memasang spanduk dan banner di daerah RW 07, Kelurahan Rawa Badak Selatan, Jakarta Utara, Sabtu (2/5) malam di datangi oleh sejumlah oknum berambut cepak yang diduga menjadi beking seorang pengusaha besi tua di kawasan itu. Mereka meminta sejumlah relawan yang tengah memasang spanduk dan banner pasangan Hidayat-Didiek untuk menurunkan semua spanduk dan banner yang sudah dipasang.

Alasan mereka, tidak ada izin dari RT/RW setempat. Namun, ketika dijawab bahwa tidak ada aturan yang mengharuskan adanya izin dari RT/RW, sejumlah pria berambut cepak tersebut marah dan mengancam akan mematahkan kaki para relawan. Nyatanya, banner dan spanduk kandidat lain tidak pernah diusik, pemasangannya tidak ada izin dari RT/RW setempat.

Selanjutnya, relawan Hidayat-Didiek kembali ke posko, tapi ternyata sekelompok orang suruhan pengusaha besi bekas tersebut tidak puas. Mereka mendatangi posko relawan, yang juga rumah anggota DPRD DKI Jakarta dari PKS, Tubagus Arif. Atas perintah pengusaha besi tua yang ikut menyerbu posko relawan tersebut, mereka melepasi banner yang terpasang di tiang depan rumah Tubagus.

Sang pengusaha mendatangi para relawan yang berkumpul di dalam rumah Tubagus Arif. Ia menantang dan mencengkram baju salah seorang relawan hingga bajunya sobek, juga mengangkat tangan hendak memukul salah seorang relawan. Namun, situasi dapat dikendalikan sehingga tidak sempat terjadi keributan. Tak berapa lama pengusaha dan para pembekingnya pun meninggalkan posko. Di perjalanan mereka mencopoti banner Hidayat-Didiek.

Namun sang pengusaha yang dipanggil ‘Si Bos’ ini ternyata belum puas. Ia menyuruh seorang oknum TNI yang menjadi bekingnya untuk memanggil salah seorang relawan, Nurdiansyah. Dengan harapan persoalan bisa segera tuntas, Nurdiansyah dan sejumlah relawan mendatangi rumah ‘Si Bos’. Dalam pertemuan, ‘Si Bos’ memaksa agar relawan Hidayat-Didiek meminta maaf kepadanya, dan mengatakan, “Untung tidak saya siram pake ini,” seraya menunjukkan senjata api. Pertemuan tersebut juga dihadiri oleh pengurus RW, yang sejak kejadian lebih banyak diam ketimbang menengahi keributan.

Sedangkan, ketua tim advokasi Hidayat-Didiek, Zainuddin Paru, menyatakan arogansi dan aksi premanisme seperti itu tidak bisa dibenarkan dan hanya akan mencederai demokrasi. Ia mengharapkan Pilkada berlangsung dengan aman, tertib, jujur, dan adil. Paru menilai aksi yang dilakukan oleh pengusaha di Rawa Badak dan oknum TNI itu berlawanan dengan prinsip-prinsip demokrasi.


Read more http://www.undergroundtauhid.com/relawan-cagub-dki-hidayat-didik-diancam-senjata-api-saat-memasang-poster/

Sabtu, 02 Juni 2012

Menangis Karena Allah

Materi ini saya cari karena berhubung dengan materi Mabit yang akan datang se dapil 4, kurisity saya jadi meningkat, ada apa di balik materi ini?... dan saya pun men-copasnya dari blog ikhwa , berikut materinya:

 Menangis Karena Takut Kepada Allah

Menangis Hanya Karena Allah

Sufyan berkata: “Menangis itu ada 10 macam, yakni 9 karena selain Allah dan satu karena Allah. Bila menangis karena Allah itu datang sekali dalam setahun, maka itu sudah terbilang banyak.” [Hilyatul Auliya' 7/11]

Anjuran Menangis Karena Allah

Qasamah bin Zuhair berkata, “Abu Musa pernah berkhotbah di kota Bashrah. Ia berkata, “Wahai manusia, menangislah. Jika kalian tidak bisa menangis, maka berusahalah untuk menangis. Karena penghuni Neraka akan menangis dengan mengeluarkan air mata sampai habis. Kemudian mereka akan menangis dengan mengeluarkan air mata darah. Bahkan seandainya di situ dilepaskan beberapa perahu, pastilah akan bisa berjalan.” [Hilyatul Auliya' 1/261]



Keutamaan Menangis Karena Allah

Ka’bul Ahbar berkata, “Sungguh, aku lebih suka menangis karena Allah, lalu air mataku mengalir diatas pipiku, daripada bersedekah dengan emas seberat timbanganku.” [Hilyatul Auliya' 5/366]

Buah Dari Menangis Karena Allah

Wuhaib bin Ward berkata, “Yahya bin Zakariya ‘alaihis salam memiliki dua garis dipipinya akibat menangis.” Kemudian ayahnya, Zakariya ‘alaihis salam berkata, “Sungguh, aku hanya meminta kepada Allah seorang anak yang bisa menjadi penyejuk mataku.” Yahya ‘alaihis salam berkata, “Ayah, sesungguhnya Jibril ‘alaihis salam memberitahuku bahwa diantara Surga dan Neraka ada sebuah gurun yang hanya bisa dilalui oleh orang yang rajin menangis.” [Hilyatul Auliya' 8/149]

Macam-Macam Tangisan

Yazid bin Maisaroh berkata, “Tangisan itu berasal dari tujuh hal: gembira, sedih, cemas, sakit, riya’, syukur, dan tangisan karena takut kepada Allah. Inilah tangisan yang tetesan air matanya bisa memadamkan api sebesat gunung.” [Hilyatul Auliya' 5/235]

Cara Mengundang Tangisan

Shalih al-Murri berkata, “Tangisan itu bisa diundang dengan cara memikirkan dosa, jika direspons positif oleh hati. Jika tidak, maka alihkan kepada kengerian dan kedahsyatan hari Kiamat, jika direspons positif. Jika tidak, maka tawarkanlah kepadanya untuk berguling-guling di antara nampan-nampan api (Neraka).” Kemudian ia pun menangis dan pingsan. Dan orang-orang pun berteriak histeris. [Hilyatul Auliya' 6/167]

Orang-Orang Shalih Terdahulu Yang Menangis Karena Takut Kepada Allah

1. Abdussalam (mantan budak Maslamah bin Abdul Malik) berkata, “Umar bin Abdul Aziz pernah menangis, lalu Fathimah ikut menangis. Namun mereka tidak tahu apa yang membuat mereka menangis. Ketika mereka selesai menangis, Fathimah bertanya, “Ya Amirul Mukminin, mengapa anda menangis?” Umar menjawab, “Fathimah, aku teringat hari dimana manusia dipisahkan dari hadapan Allah; satu kelompok di dalam Surga dan kelompok lainnya di dalam Neraka.” Kemudian ia berteriak dan pingsan. [Hilyatul Auliya' 5/269]

2. Apabila Umar bin Abdul Aziz mendengar pembicaraan tentang kematian, maka tubuhnya menggelepar seperti burung dan menangis sampai air matanya mengalir di jenggotnya.” [Hilyatul Auliya' 3/316]

3. Hani’ (mantan budak Utsman bin Affan) berkata, “Apabila Utsman bin Affan berdiri di atas kuburan, ia menangis hingga jenggotnya basa oleh air mata.” [Hilyatul Auliya' 1/61]

4. Malik bin Anas berkata, “Muhammad bin Munkadir adalah penghulu para pembaca. Hampir setiap kali ada orang yang bertanya kepadanya tentang hadits, ia selalu menangis.” [Hilyatul Auliya' 2/147]

5. Abu Ayyub al-A’raj berkata, “Sa’id bin Jubair selalu menangis di malang hari sampai rabun.” [Hilyatul Auliya' 4/272]

6. Sa’id bin Jubair berkata, “Aku tidak pernah melihat orang yang lebih perhatian terhadap kemuliaan Baitullah ini daripada orang Bashrah. Pada suatu malam aku pernah melihat seorang wanita muda bergelayutan pada tirai Ka’bah. Ia memanjarkan doa, menangis dan menghiba sampai meninggal dunia.” [Hilyatul Auliya' 4/276]

7. Ali bin Abdillah berkata, Kami pernah bersama Yahya bin Sa’id al-Qaththan. Ketika ia keluar dari masjid, kami pun keluar bersamanya. Tatkala tiba di pintu rumahnya ia berdiri, dan kami pun berdiri. Lalu ia berkata kepada seorang pria, “Bacalah!” Pria itu pun membaca surat ad-Dukhan. Ketika ia mulai membaca aku melihat Yahya bin Sa’id berubah, hingga ketika sampai pada ayat,

Sesungguhnya hari keputusan itu adalah waktu yang dijanjikan bagi mereka semuanya.” [QS.ad Dukhan:40]

Tiba-tiba Yahya menjerit dan pingsan. Ia baru siuman setelah sekian lama. Kemudian kami menemuinya. Ternyata ia tengah tertidur di atas pembaringannya serayas membaca, “Sesungguhnya hari keputusan itu adalah waktu yang dijanjikan bagi mereka semuanya.” [QS.ad Dukhan:40]. Maka keadaan itu terus berlangsung sampai ia meninggal dunia. [Hilyatul Auliya' 8/383] (#1)


Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak akan masuk neraka seseorang yang menangis karena merasa takut kepada Allah sampai susu [yang telah diperah] bisa masuk kembali ke tempat keluarnya.” (HR. Tirmidzi [1633]).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah pada hari ketika tidak ada naungan kecuali naungan-Nya; [1] seorang pemimpin yang adil, [2] seorang pemuda yang tumbuh dalam [ketaatan] beribadah kepada Allah ta’ala, [3] seorang lelaki yang hatinya bergantung di masjid, [4] dua orang yang saling mencintai karena Allah; mereka berkumpul dan berpisah karena-Nya, [5] seorang lelaki yang diajak oleh seorang perempuan kerkedudukan dan cantik [untuk berzina] akan tetapi dia mengatakan, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allah’, [6] seorang yang bersedekah secara sembunyi-sumbunyi sampai-sampai tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya, dan [7] seorang yang mengingat Allah di kala sendirian sehingga kedua matanya mengalirkan air mata (menangis).” (HR. Bukhari [629] dan Muslim [1031]).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Ada dua buah mata yang tidak akan tersentuh api neraka; mata yang menangis karena merasa takut kepada Allah, dan mata yang berjaga-jaga di malam hari karena menjaga pertahanan kaum muslimin dalam [jihad] di jalan Allah.” (HR. Tirmidzi [1639], disahihkan Syaikh al-Albani dalam Sahih Sunan at-Tirmidzi [1338]).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada yang lebih dicintai oleh Allah selain dua jenis tetesan air dan dua bekas [pada tubuh]; yaitu tetesan air mata karena perasaan takut kepada Allah, dan tetesan darah yang mengalir karena berjuang [berjihad] di jalan Allah. Adapun dua bekas itu adalah; bekas/luka pada tubuh yang terjadi akibat bertempur di jalan Allah dan bekas pada tubuh yang terjadi karena mengerjakan salah satu kewajiban yang diberikan oleh Allah.” (HR. Tirmidzi [1669] disahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Sahih Sunan at-Tirmidzi [1363])

Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhuma mengatakan, “Sungguh, menangis karena takut kepada Allah itu jauh lebih aku sukai daripada berinfak uang seribu dinar!”.

Ka’ab bin al-Ahbar rahimahullah mengatakan, “Sesungguhnya mengalirnya air mataku sehingga membasahi kedua pipiku karena takut kepada Allah itu lebih aku sukai daripada aku berinfak emas yang besarnya seukuran tubuhku.”

Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu mengatakan; suatu ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadaku, “Bacakanlah al-Qur’an kepadaku.” Maka kukatakan kepada beliau, “Wahai Rasulullah, apakah saya bacakan al-Qur’an kepada anda sementara al-Qur’an itu diturunkan kepada anda?”. Maka beliau menjawab, “Sesungguhnya aku senang mendengarnya dibaca oleh selain diriku.” Maka akupun mulai membacakan kepadanya surat an-Nisaa’. Sampai akhirnya ketika aku telah sampai ayat ini (yang artinya), “Lalu bagaimanakah ketika Kami datangkan saksi bagi setiap umat dan Kami jadikan engkau sebagai saksi atas mereka.” (QS. an-Nisaa’ : 40). Maka beliau berkata, “Cukup, sampai di sini saja.” Lalu aku pun menoleh kepada beliau dan ternyata kedua mata beliau mengalirkan air mata.” (HR. Bukhari [4763] dan Muslim [800]).

Dari Ubaidullah bin Umair rahimahullah, suatu saat dia pernah bertanya kepada Aisyah radhiyallahu’anha, “Kabarkanlah kepada kami tentang sesuatu yang pernah engkau lihat yang paling membuatmu kagum pada diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?”. Maka ‘Asiyah pun terdiam lalu mengatakan, “Pada suatu malam, beliau (nabi) berkata, ‘Wahai Aisyah, biarkanlah malam ini aku sendirian untuk beribadah kepada Rabbku.’ Maka aku katakan, ‘Demi Allah, sesungguhnya saya sangat senang dekat dengan anda. Namun saya juga merasa senang apa yang membuat anda senang.’ Aisyah menceritakan, ‘Kemudian beliau bangkit lalu bersuci dan kemudian mengerjakan shalat.’ Aisyah berkata, ‘Beliau terus menerus menangis sampai-sampai basahlah bagian depan pakaian beliau!’. Aisyah mengatakan, ‘Ketika beliau duduk [dalam shalat] maka beliau masih terus menangis sampai-sampai jenggotnya pun basah oleh air mata!’. Aisyah melanjutkan, ‘Kemudian beliau terus menangis sampai-sampai tanah [tempat beliau shalat] pun menjadi ikut basah [karena tetesan air mata]!”. Lalu datanglah Bilal untuk mengumandangkan adzan shalat (Subuh). Ketika dia melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menangis, Bilal pun berkata, ‘Wahai Rasulullah, anda menangis? Padahal Allah telah mengampuni dosa anda yang telah berlalu maupun yang akan datang?!’. Maka Nabi pun menjawab, ‘Apakah aku tidak ingin menjadi hamba yang pandai bersyukur?! Sesungguhnya tadi malam telah turun sebuah ayat kepadaku, sungguh celaka orang yang tidak membacanya dan tidak merenungi kandungannya! Yaitu ayat (yang artinya), “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi….dst sampai selesai” (QS. Ali Imran : 190).” (HR. Ibnu Hiban [2/386] dan selainnya. Disahihkan Syaikh al-Albani dalam Sahih at-Targhib [1468] dan ash-Shahihah [68]).

Mu’adz radhiyallahu’anhu pun suatu ketika pernah menangis tersedu-sedu. Kemudian ditanyakan kepadanya, “Apa yang membuatmu menangis?”. Maka beliau menjawab, “Karena Allah ‘azza wa jalla hanya mencabut dua jenis nyawa. Yang satu akan masuk surga dan satunya akan masuk ke dalam neraka. Sedangkan aku tidak tahu akan termasuk golongan manakah aku di antara kedua golongan itu?”.

al-Hasan al-Bashri rahimahullah pun pernah menangis, dan ditanyakan kepadanya, “Apa yang membuatmu menangis?”. Maka beliau menjawab, “Aku khawatir besok Allah akan melemparkan diriku ke dalam neraka dan tidak memperdulikanku lagi.”

Abu Musa al-Asya’ri radhiyallahu’anhu suatu ketika memberikan khutbah di Bashrah, dan di dalam khutbahnya dia bercerita tentang neraka. Maka beliau pun menangis sampai-sampai air matanya membasahi mimbar! Dan pada hari itu orang-orang (yang mendengarkan) pun menangis dengan tangisan yang amat dalam.

Abu Hurairah radhiyallahu’anhu menangis pada saat sakitnya [menjelang ajal]. Maka ditanyakan kepadanya, “Apa yang membuatmu menangis?!”. Maka beliau menjawab, “Aku bukan menangis gara-gara dunia kalian [yang akan kutinggalkan] ini. Namun, aku menangis karena jauhnya perjalanan yang akan aku lalui sedangkan bekalku teramat sedikit, sementara bisa jadi nanti sore aku harus mendaki jalan ke surga atau neraka, dan aku tidak tahu akan ke manakah digiring diriku nanti?”.

Suatu malam al-Hasan al-Bashri rahimahullah terbangun dari tidurnya lalu menangis sampai-sampai tangisannya membuat segenap penghuni rumah kaget dan terbangun. Maka mereka pun bertanya mengenai keadaan dirinya, dia menjawab, “Aku teringat akan sebuah dosaku, maka aku pun menangis.”

Saya [penyusun artikel] berkata: Kalau al-Hasan al-Bashri saja menangis sedemikian keras karena satu dosa yang diperbuatnya, lalu bagaimanakah lagi dengan orang yang mengingat bahwa jumlah dosanya tidak dapat lagi dihitung dengan jari tangan dan jari kaki? Laa haula wa laa quwwata illa billah! Alangkah jauhnya akhlak kita dibandingkan dengan akhlak para salafush shalih? Beginikah seorang salafi, wahai saudaraku? Tidakkah dosamu membuatmu menangis dan bertaubat kepada Rabbmu? “Apakah mereka tidak mau bertaubat kepada Allah dan meminta ampunan kepada-Nya? Sementara Allah Maha pengampun lagi Maha penyayang.” (lihat QS. al-Maa’idah : 74). Aina nahnu min haa’ulaa’i? Aina nahnu min akhlagis salaf? Ya akhi, jadilah salafi sejati! (#2)

Seharusnya Kita Selalu Menangis

Pernahkah Anda menangis -dalam keadaan sendirian- karena takut siksa Allâh Ta’ala? Ketahuilah, sesungguhnya hal itu merupakan jaminan selamat dari neraka. Menangis karena takut kepada Allâh Ta’ala akan mendorong seorang hamba untuk selalu istiqâmah di jalan-Nya, sehingga akan menjadi perisai dari api neraka. Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam bersabda:


Tidak akan masuk neraka seseorang yang menangis karena takut kepada Allâh sampai air susu kembali ke dalam teteknya. Dan debu di jalan Allâh tidak akan berkumpul dengan asap neraka Jahannam”.
[HR. at-Tirmidzi, no. 1633, 2311; an-Nasâ‘i 6/12; Ahmad 2/505; al-Hâkim 4/260; al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah 14/264. Syaikh Salîm al-Hilâli hafizhahullâh mengatakan, “Shahîh lighairihi”. Lihat penjelasannya dalam kitab Bahjatun Nâzhirîn Syarh Riyâdhus Shâlihîn 1/517; no. 448)]

MENGAPA HARUS MENANGIS?

Seorang Mukmin yang mengetahui keagungan Allâh Ta’ala dan hak-Nya, setiap dia melihat dirinya banyak melalaikan kewajiban dan menerjang larangan, akan khawatir dosa-dosa itu akan menyebabkan siksa Allâh Ta’ala kepadanya.

Nabi Muhammad Shallallâhu 'Alaihi Wasallam bersabda:


"Sesungguhnya seorang Mukmin itu melihat dosa-dosanya seolah-olah dia berada di kaki sebuah gunung, dia khawatir gunung itu akan menimpanya. Sebaliknya, orang yang durhaka melihat dosa-dosanya seperti seekor lalat yang hinggap di atas hidungnya, dia mengusirnya dengan tangannya –begini–, maka lalat itu terbang”.
(HR. at-Tirmidzi, no. 2497 dan dishahîhkan oleh al-Albâni rahimahullâh)

Ibnu Abi Jamrah rahimahullâh berkata,

“Sebabnya adalah, karena hati seorang Mukmin itu diberi cahaya. Apabila dia melihat pada dirinya ada sesuatu yang menyelisihi hatinya yang diberi cahaya, maka hal itu menjadi berat baginya. Hikmah perumpamaan dengan gunung yaitu apabila musibah yang menimpa manusia itu selain runtuhnya gunung, maka masih ada kemungkinan mereka selamat dari musibah-musibah itu. Lain halnya dengan gunung, jika gunung runtuh dan menimpa seseorang, umumnya dia tidak akan selamat. Kesimpulannya bahwa rasa takut seorang Mukmin (kepada siksa Allâh Ta’ala -pen) itu mendominasinya, karena kekuatan imannya menyebabkan dia tidak merasa aman dari hukuman itu. Inilah keadaan seorang Mukmin, dia selalu takut (kepada siksa Allâh-pen) dan bermurâqabah (mengawasi Allâh). Dia menganggap kecil amal shalihnya dan khawatir terhadap amal buruknya yang kecil”. (Tuhfatul Ahwadzi, no. 2497)

Apalagi jika dia memperhatikan berbagai bencana dan musibah yang telah Allâh Ta’ala timpakan kepada orang-orang kafir di dunia ini, baik dahulu maupun sekarang. Hal itu membuatnya tidak merasa aman dari siksa Allâh Ta’ala.

Allâh Ta’ala berfirman yang artinya:

Dan begitulah adzab Rabbmu apabila Dia mengadzab penduduk negeri-negeri yang berbuat zhalim. Sesungguhnya adzab-Nya sangat pedih lagi keras. Sesungguhnya pada peristiwa itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang takut kepada adzab akhirat. Hari Kiamat itu adalah suatu hari dimana manusia dikumpulkan untuk (menghadapi)-Nya, dan hari itu adalah suatu hari yang disaksikan (oleh segala makhluk). Dan Kami tiadalah mengundurkannya, melainkan sampai waktu yang tertentu. Saat hari itu tiba, tidak ada seorang pun yang berbicara, melainkan dengan izin-Nya; maka di antara mereka ada yang celaka dan ada yang bahagia. Adapun orang-orang yang celaka, maka (tempatnya) di dalam neraka, di dalamnya mereka mengeluarkan dan menarik nafas (dengan merintih)”. (Qs Hûd/11:102-106)

Ketika dia merenungkan berbagai kejadian yang mengerikan pada hari Kiamat, berbagai kesusahan dan beban yang menanti manusia di akhirat, semua itu pasti akan menggiringnya untuk takut kepada Allâh Ta’ala al-Khâliq.

Allâh Ta’ala berfirman yang artinya:

Hai manusia, bertakwalah kepada Rabbmu.Sesungguhnya kegoncangan hari Kiamat itu
adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). (Ingatlah), pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, semua wanita yang menyusui anaknya lalai terhadap anak yang disusuinya, dan semua wanita yang hamil gugur kandungan. Kamu melihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk.
Akan tetapi adzab Allâh itu sangat keras”. (Qs al-Hajj/22:1-2)

Demikianlah sifat orang-orang yang beriman. Di dunia, mereka takut terhadap siksa Rabb mereka, kemudian berusaha menjaga diri dari siksa-Nya dengan takwa, yaitu melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Maka, Allâh Ta’ala memberikan balasan sesuai dengan jenis amal mereka. Dia memberikan keamanan di hari Kiamat dengan memasukkan mereka ke dalam surga-Nya.

Allâh Ta’ala berfirman yang artinya:

Dan sebagian mereka (penghuni surga-pent) menghadap kepada sebagian yang lain; mereka saling bertanya. Mereka mengatakan: “Sesungguhnya kami dahulu sewaktu berada di tengah-tengah keluarga, kami merasa takut (akan diadzab)”. Kemudian Allâh memberikan karunia kepada kami dan memelihara kami dari azab neraka. Sesungguhnya kami dahulu beribadah kepada-Nya. Sesungguhnya Dia-lah yang melimpahkan kebaikan lagi Maha Penyayang”. (Qs ath-Thûr/52:25-28)

ILMU ADALAH SEBAB TANGISAN KARENA ALLÂH TA'ALA

Semakin bertambah ilmu agama seseorang, semakin tambah pula takutnya terhadap keagungan Allâh Ta’ala.

Allâh Ta’ala berfirman yang artinya:

Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak, ada yang bermacam-macam warna (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allâh di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah Ulama. Sesungguhnya Allâh Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”. (Qs Fâthir/35:28)

Nabi Muhammad Shallallâhu 'Alaihi Wasallam bersabda:


Surga dan neraka ditampakkan kepadaku, maka aku tidak melihat kebaikan dan keburukan seperti hari ini. Seandainya kamu mengetahui apa yang aku ketahui, kamu benar-benar akan sedikit tertawa dan banyak menangis”.
Anas bin Mâlik radhiyallâhu'anhu –perawi hadits ini- mengatakan,
Tidaklah ada satu hari pun yang lebih berat bagi para Sahabat selain hari itu. Mereka menutupi kepala mereka sambil menangis sesenggukan”. (HR. Muslim, no. 2359)

Imam Nawawi rahimahullâh berkata,

“Makna hadits ini, ‘Aku tidak pernah melihat kebaikan sama sekali melebihi apa yang telah aku lihat di dalam surga pada hari ini. Aku juga tidak pernah melihat keburukan melebihi apa yang telah aku lihat di dalam neraka pada hari ini. Seandainya kamu melihat apa yang telah aku lihat dan mengetahui apa yang telah aku ketahui, semua yang aku lihat hari ini dan sebelumnya, sungguh kamu pasti sangat takut, menjadi sedikit tertawa dan banyak menangis”. (Syarh Muslim, no. 2359)


Hadits ini menunjukkan anjuran menangis karena takut terhadap siksa Allâh Ta’ala dan tidak memperbanyak tertawa, karena banyak tertawa menunjukkan kelalaian dan kerasnya hati.

Lihatlah para Sahabat Nabi radhiyallâhu'anhum, begitu mudahnya mereka tersentuh oleh nasehat! Tidak sebagaimana kebanyakan orang di zaman ini. Memang, mereka adalah orang-orang yang paling lembut hatinya, paling banyak pemahaman agamanya, paling cepat menyambut ajaran agama. Mereka adalah Salafus Shâlih yang mulia, maka selayaknya kita meneladani mereka. (Lihat Bahjatun Nâzhirîn Syarh Riyâdhus Shâlihin 1/475; no. 41)

Seandainya kita mengetahui bahwa tetesan air mata karena takut kepada Allâh Ta’ala merupakan tetesan yang paling dicintai oleh Allâh Ta’ala, tentulah kita akan menangis karena-Nya atau berusaha menangis sebisanya. Nabi Muhammad Shallallâhu 'Alaihi Wasallam menjelaskan keutamaan tetesan air mata ini dengan sabda Beliau:


Tidak ada sesuatu yang yang lebih dicintai oleh Allâh daripada dua tetesan dan dua bekas. Tetesan yang berupa air mata karena takut kepada Allâh dan tetesan darah yang ditumpahkan di jalan Allâh. Adapun dua bekas, yaitu bekas di jalan Allâh dan bekas di dalam (melaksanakan) suatu kewajiban dari kewajiban-kewajiban-Nya”.

Namun yang perlu kita perhatikan juga bahwa menangis tersebut adalah benar-benar karena Allâh Ta’ala, bukan karena manusia, seperti dilakukan di hadapan jama’ah atau bahkan dishooting TV dan disiarkan secara nasional. Oleh karena itu Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam menjanjikan kebaikan besar bagi seseorang yang menangis dalam keadaan sendirian. Beliau Shallallâhu 'Alaihi Wasallam bersabda:


Tujuh (orang) yang akan diberi naungan oleh Allâh pada naungan-Nya di hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya. ...... (di antaranya): Seorang laki-laki yang menyebut Allâh di tempat yang sepi sehingga kedua matanya meneteskan air mata”. (HR. al-Bukhâri, no. 660; Muslim, no. 1031)

Hari Kiamat adalah hari pengadilan yang agung. Hari ketika setiap hamba akan mempertanggung-jawabkan segala amal perbuatannya. Hari saat isi hati manusia akan dibongkar, segala rahasia akan ditampakkan di hadapan Allâh Yang Maha Mengetahui lagi Maha Perkasa. Maka kemana orang akan berlari? Alangkah bahagianya orang-orang yang akan mendapatkan naungan Allâh Ta’ala pada hari itu. Dan salah satu jalan keselamatan itu adalah menangis karena takut kepada Allâh Ta’ala.

Syaikh Muhammad bin Shâlih al-‘Utsaimîn rahimahullâh berkata,

“Wahai saudaraku, jika engkau menyebut Allâh Ta’ala, sebutlah Rabb-mu dengan hati yang kosong dari memikirkan yang lain. Jangan pikirkan sesuatu pun selain-Nya. Jika engkau memikirkan sesuatu selain-Nya, engkau tidak akan bisa menangis karena takut kepada Allâh Ta’ala atau karena rindu kepada-Nya. Karena, seseorang tidak mungkin menangis sedangkan hatinya tersibukkan dengan sesuatu yang lain. Bagaimana engkau akan menangis karena rindu kepada Allâh Ta’ala dan karena takut kepada-Nya jika hatimu tersibukkan dengan selain-Nya?".

Oleh karena itu, Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam bersabda:

Seorang laki-laki yang menyebut Allâh di tempat yang sepi”, yaitu hatinya kosong dari selain Allâh Ta’ala, badannya juga kosong (dari orang lain), dan tidak ada seorangpun di dekatnya yang menyebabkan tangisannya menjadi riyâ’ dan sum’ah. Namun, dia melakukan dengan ikhlas dan konsentrasi”. (Syarh Riyâdhus Shâlihîn 2/342, no. 449)

Setelah kita mengetahui hal ini, maka alangkah pantasnya kita mulai menangis karena takut kepada Allâh Ta’ala. #3

Wallâhul Musta’ân.
sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com