Masalah poligami di kalangan politisi PKS kembali mencuat ke permukaan, setelah tersiar kabar bahwa salah satu pemicu konflik antara pendiri PKS Yusuf Supendi dengan petinggi PKS adalah soal beristri lebih dari satu.
Masalah poligami ini mengingatkan kembali akan sebuah buku yang ditulis Cahyadi Takariawan, seorang anggota Majelis Syura PKS yang disegani, berjudul: Bahagiakan Diri Dengan Satu Istri.
Dari judulnya, mudah ditebak bahwa buku setebal 278 halaman yang terbit tahun 2007 itu tidak menyarankan poligami. Poligami, menurut penulisnya, menyengsarakan wanita dan anak-anak.
Segera saja buku yang kata pengantarnya ditulis oleh Sri Rahayu Tifatul Sembiring ini melahirkan kontroversi di kalanan PKS, kala itu. Tidak itu saja, buku ini mengubah paradigma umum di kalangan wanita PKS yang selama ini mendukung poligami. Kalau yang menulis orang luar atau orang yang sekuler, kalangan PKS tidak akan heran. Tapi, kali ini yang menulis adalah ustadz yang kredibilitasnya sangat diakui di Majelis Syura PKS.
Majelis syura adalah elemen tertinggi di partai yang berdiri sejak 1998 (waktu itu bernama Partai Keadilan). Anggota majelis hanya 99 orang yang dipilih dari jutaan kader PKS di seluruh Indonesia.
Bahagiakan Diri dengan Satu Istri disambut gembira jutaan kader wanita PKS. Namun, sebaliknya, para kader pria yang sudah atau akan berpoligami bereaksi dengan keras.
Menurut Yusuf Supendi pengurus yang akan berpoligami harus mendapat ijin dari Dewan Syariah DPP PKS.
"Luthfi (Presiden PKS) menikah tanpa izin Dewan Syariah. Ketika Luthfi berpoligami istri pertamanya marah. Istri pertama mengatakan mau berdamai asal dengan saya," tukas Yusuf.
0 komentar:
Posting Komentar