IRWAN - HASAN HAMIDO - MUDZAKKIR ALI

Ketiga ikhwah ini yang berhikmat dan mengabdikan dirinya di DPD PKS Makassar, periode 2009 - 2014

Hasan Hamido

Ketua DPD PKS Kota Makassar.

Muh.Djafar Nurdin

Ketua Dewan Pimpinan Cabang Kecamatan Tallo

Irwan, ST.

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Makassar.

Andi Akmal Pasluddin

Anggota Legislatif DPR RI.

Selasa, 24 April 2012

Haji Agus Salim: Sang Pembela Kebenaran

Puluhan tahun yang lalu, dalam sebuah acara diplomatik di London, seorang pria berdiri tegak. Tubuhnya terbilang kecil, jika dibandingkan dengan perawakan tubuh bangsa Eropa yang tinggi besar. Ketika itu, pria kecil itu menggunakan peci hitam yang menutupi rambutnya yang putih. Dari mulutnya keluar asap pekat yang berbau khas.

Perawakannya yang berbeda dengan tamu undangan yang lain, serta bau khas yang keluar dari rokoknya, membautnya menjadi pusat perhatian. "Apa itu yang anda hisap, tuan?" ujar salah seorang pria Eropa yang pertanyaannya sudah mewakili rasa penasaran sebagian besar tamu undangan.

‘’Ini, yang mulia, adalah alasan mengapa Barat ingin menguasai dunia," ujarnya. Padahal dia hanya sedang menghisap rokok kretek yang memang menghasilkan aroma khas pada asapnya. Aroma itu berasal dari cengkeh, rempah yang diburu oleh bangsa barat pada masa kolonial.

Siapakah sebenarnya orang itu? Ternyata dia adalah Haji Agus Salim. Seperti cerita yang dikutip dari New York Times , Agus Salim adalah duta besar Indonesia pertama untuk Britania Raya. Di Indonesia, dia dikenal dengan julukan Grand Old Man. Pria kecil itu adalah orang Indonesia pertama yang mengenyam pendidikan barat.

Padahal pada masa-masa kolonial atau sekitar tahun 1943, tidak lebih dari 3,5 persen penduduk Indonesia yang bisa baca tulis. Haji Agus Salim adalah sosok langka yang mampu membanggakan bangsa Indonesia di ranah internasional.

Lahir pada 8 Oktober 1884 di Kota Gadang, Sumatera Barat, Haji Agus Salim memiliki nama asli Musyudul Haq. Nama pemberian ayahnya itu memiliki arti 'pembela kebenaran'. Sebuah doa yang ingin dipanjatkan sang ayah agar anaknya mampu menjadi seperti namanya.

Nama tersebut kemudian berubah menjadi Agus Salim, karena ketika masih kecil, Musyudul yang tumbuh di kalangan keluarga terpandang di tanah Minang, selalu diasuh oleh pembantu yang keturuan Jawa. Dia lebih sering dipanggil 'den bagus'.. Oleh karena itulah, teman-temannya kemudian memendekan nama panggilan itu menjadi 'gus'. Sedangkan di sekolahnya dia lebih sering dipanggil 'Agus'.

Ayahnya yang seorang jaksa di pengadilan Riau, memungkinkan Agus Salim untuk bisa masuk di sekolah yang terbaik. Dia diterima di sekolah dasar Belanda ELS (Europeese Lager School). Lulus pada 1897, dia bertolak ke Batavia, yang saat ini menjadi Jakarta, untuk masuk ke Hogere Burger School (HBS), sekolah lanjutan yang sebenarnya diperuntukan untuk orang-orang Eropa di Indonesia. Pada masa itu, sangat jarang melihat anak pribumi masuk ke sekolah Eropa.

Pada umur 19, dia lulus dari HBS dengan nilai paling tinggi di tingkat nasional. Belum pernah ada yang mencapai nilainya ketika itu. Agus Salim muda sudah menjadi kebanggaan Indonesia melalui nilainya yang mengalahkan murid-murid Eropa.

Namun, karena kondisi keuangan, dia tidak mampu melanjutkan pendidikannya. Meskipun kemudian RA Kartini memberikan rekomendasi dan meminta pemerintah Belanda untuk memberikan beasiswa, Agus Salim justru menolaknya.

Dalam hatinya, dia ingin menjadi dokter di perguruan tinggi di Eropa, akan tetapi harga dirinya jauh lebih tinggi dari mimpinya. Dia menolak beasiswa itu karena pemerintah Belanda memberikannya atas dasar rekomendasi dari tokoh emansipasi wanita Indonesia tersebut, bukan karena menghargai pencapainnya. Hal ini menurutnya sama saja dengan diskriminasi.

Waktu berputar, hingga akhirnya pada umur 22 tahun, dia bekerja pada Konsulat Belanda di Jeddah, Arab Saudi. Justru melalui pekerjaan itulah, dia menempa ilmu agamanya. Agus Salim banyak belajar tentang agama dari pamannya Syekh Ahmad Khatib yang sudah berada di Makkah sejak 1876.

Sang paman merupakan Imam dan guru terhormat di Universitas Harramain Massajidal. Syekh Ahmad Khatib adalah tiang tengah dari Mazhab Syafi'i dalam dunia Islam pada permulaan abad XIV. Ia juga dikenal sebagai ulama yang sangat peduli terhadap pencerdasan umat. Imam Masjidil Haram ini adalah ilmuwan yang menguasai ilmu fikih, sejarah, aljabar, ilmu falak, ilmu hitung, dan ilmu ukur (geometri).

Selama bekerja di konsulat itu, sejak tahun 1906 hingga 1911, Agus Salim menyerap begitu banyak pengetahuan Islam. Karena kepintarannya, dalam waktu singkat, ilmu-ilmu agama Islam itu masuk di kepalanya dan menjadi bagian dari tindak-tanduknya. Pada masa yang sama, dia juga belajar beragam bahasa, seperti Belanda, Inggris, Jerman, Prancis, Arab, Turki, dan Jepang.

Pulang ke Indonesia, pada tahun 1915, pada masa kepemimpinan HOS Cokroaminoto, Haji Agus Salim masuk ke dalam Sarekat Islam. Dalam waktu singkat mereka berdua sudah menjadi kawan baik, dan mitra yang dapat saling bekerja sama dengan baik, demi masa depan masyarakat Indonesia. Melalui organisasi inilah, dia mengembangkan karier di bidang politik, agama, dan intelektual.

Haji Agus Salim juga dipercaya menggantikan Cokroaminoto untuk menjadi anggota Volkstraad pada 1922 sampai 1925. Selama menjadi bagian dari Volkstrad ini, ada cerita yang menjadi bagian tak terlupakan dalam sejarah kehidupan pahlawan nasional ini. Pernah suatu kali dia berpidato dalam bahasa Indonesa. Namun, ketua Volkstrad memerintahkannya untuk memakai bahasa Belanda.

“Saya memang pandai berpidato dalam bahasa Belanda, tapi menurut peraturan Dewan saya punya hak untuk mengeluarkan pendapat dalam bahasa Indonesia," jawab Haji Agus Salim. Lalu dia mulai berpidato dalam bahasa Indonesia yang saat itu dikenal juga sebagai Bahasa Melayu. Namun ketika dia mengucapkan kata 'ekonomi' seorang Belanda mengajukan pertanyaan.

“Apa kata ekonomi itu dalam bahasa Melayu?” ujar pria Belanda itu dengan maksud mengejek. “Coba tuan sebutkan dahulu apa kata ekonomi itu dalam bahasa Belanda, nanti saya sebutkan Indonesianya?” jawab Haji Agus Salim. Kaget, pria Belanda itu hanya bisa melongo saja. Karena kata ekonomi juga tidak ada padanannya dalam bahasa Belanda.

Haji Agus Salim memang tokoh pemberani yang pandai berargumentasi. Hal ini jugalah yang kemudian mengantarkannya sebagai Menteri Luar Negeri. Dia menempati posisi itu dalam beberapa kabinet, yaitu pada masa Sutan Syahrir, Amir Sjarifudin, dan Hatta.

Haji Agus Salim wafat pada 4 November 1954. Dia adalah pahlawan pertama yang dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Jasanya untuk bangsa dan agama tak akan pernah terlupakan

Rabu, 04 April 2012

PKS: Yang Melamar SBY, Yang Menalak Juga Harus SBY



Jakarta PKS tampaknya belum percaya betul apa yang disampaikan Sekretaris Setgab Syarif Hasan soal berakhirnya kontrak koalisi parpol pendukung pemerintah. PKS ingin mendengar langsung keputusan tersebut dari presiden SBY, bukan dari yang lainnya.

"Perlu diingat bahwa akad koalisi PKS adalah dengan SBY bukan dengan setgab, bukan kami pula yang meminta namun PKS dilamar oleh SBY," ujar Ketua DPP PKS Aboe Bakar Al Habsyi di gedung DPR Senayan, Jakarta, Rabu (4/3/2012).

Aboe mengatakan setgab muncul belakangan hari setelah ada persoalan diinternal koalisi. Aboe mengibaratkan jika seorang anak dilamar seseorang kemudian dilanjutkan akad nikah, beberapa waktu kemudian pembantu mantu bilang mau mentalak anak tersebut.

"Apakah anda akan menanggapinya, kira-kira posisinya begitulah. Ini ada dua kemungkinan, pertama mungkin pembantu itu sedang cari muka atau cari perhatian," terangnya.

Kemungkinan kedua, dia mengilustrasikan seorang mantu yang tak mau bertanggung jawab. Saat melamar berani bicara, namun saat menalak malah diwakilkan ke pembantu.

"Kedua mungkin juga mantu anda ini tipe orang yang terima bersih, tak mau kotor tangannya atau tak bertanggung jawab. Masak pas ngelamar berani ngomong langsung giliran mau talak diwakilkan ke pembantu, ini kan nggak tepat," ungkap anggota Komisi III DPR ini.

"Ya, ketimbang berspekulasi bukankah lebih baik kita tunggu saja mantu anda sendiri yang ngomong," tutupnya.

Senin, 02 April 2012

Dosa dosa PKS versi media



TEMPO.CO, Jakarta - PKS berkali-kali membikin manuver yang dinilai oleh anggota koalisi sebagai pengkhianatan. Terakhir, partai itu berdiri di pihak oposisi dengan menolak kenaikan harga bahan bakar minyak. Partai ini memiliki 57 kursi di DPR atau sekitar 8,1 persen. Di kabinet, partai ini dapat jatah 3 menteri. yang diisi Menteri Komunikasi dan Informatika, Tifatul Sembiring, Menteri Pertanian, Suswono, Menteri Sosial, Salim Segaf Al Jufri.


Inilah catatan panjang dosa PKS:

# Mei 2009
Tak menyetujui pencalonan Boediono mendampingi Susilo Bambang Yudhoyono pada Pemilu 2009.

# Januari 2010
Menteri Pertanian asal PKS, Suswono, kurang berprestasi, diberi nilai rapor merah oleh tim penilai UKP4.

# Mei 2010
Bersama Golkar dan PPP mendukung pengusutan penjaminan Bank Century dalam rapat paripurna DPR.

# Juli 2010
Menteri asal PKS, Tifatul Sembiring, dinilai kurang berprestasi, diberi nilai rapor merah oleh tim penilai UKP4.

# Desember 2010
Mengancam membuat poros baru menyempal dari koalisi bersama PKS, PKB, PAN, dan PPP.

# Februari 2011
Mendukung hak angket DPR untuk mengusut kasus pajak, meski kandas di rapat paripurna.

# Mei 2011
Kontrak politik baru Sekretariat Gabungan Koalisi dengan ketentuan anggota koalisi diminta mundur jika tak sejalan dengan kebijakan pemerintah.

# Oktober 2011
PKS mengancam Presiden Yudhoyono akan membuka kontrak khusus dengan Presiden mengenai dukungan dan jatah menteri jika mencopot menteri asal partainya.

# 30 Maret 2012
Memilih opsi menolak usulan pemerintah kenaikan harga BBM tanpa syarat dalam rapat paripurna DPR.
sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com