Pada usia berapa anak dapat mulai diajar berpuasa tanpa mengganggu kondisi kesehatannya?
Puasa pada anak-anak menurut ahli kesehatan anak dapat diajarkan secara efektif sejak anak berusia 4 tahun. Mengajarkan anak untuk berpuasa sejak umur 4 tahun ini tentunya juga sangat berkaitan erat dengan faktor tumbuh kembang anak itu sendiri. Maksudnya adalah pada usia 4 tahun seorang anak memiliki kondisi tumbuh kembang yang harus jadi pertimbangan utama orang tua dalam mengajarkan puasa. Apa sih kondisi tumbuh kembang anak yang harus diperhatikan dalam mengajarkannya untuk berpuasa? Well… garis besarnya anak pada usia balita sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan tubuh yang tentunya memerlukan asupan nutrisi (Zat makanan) yang mencukupi untuk jadi bahan dasar dan bahan bakar dari proses tersebut.
Sebut saja misalnya, pada usia tersebut kerja dari enzim yang diproduksi dalam saluran cerna anak berbeda fungsi dengan orang dewasa. Pada anak selain untuk kerja sistem pencernaan, enzim yan gterdapt dalam usus juga berfungsi untuk membantu proses tumbuh kembang yang ada. Kalau pada orang dewasa fungsi enzim saluran cerna untuk proses tumbuh kembang ini sudah tidak ada. Selain itu keseimbangan cairan anak juga berbeda dengan orang dewasa. Anak cenderung lebih banyak memerlukan cairan menurut perimbangan berat tubuh dan juga cenderung lebih mudah terkena dehidrasi dibandingkan dengan orang dewasa (bukan usia lanjut). Kalau kemudian ditanyakan apakah mungkin diajarkan sebelum usia 4 tahun? Para ahli kesehatan anak menyatakan sebaiknya jangan dahulu karena berkaitan dengan proses tumbuh kembang anak itu sendiri yang memang memiliki percepatan lebih besar dan juga berkaitan dengan proses pengenalan pola makan yang harus ditanamkan pada anak.
Dalam mengajarkan puasa pada anak juga harus diingat prosesnya harus bertahap dan jangan tiba-tiba. Bertahap disini maksudnya jangan langsung diajak puasa penuh selama kurang lebih 12 jam. Tapi bisa bertahap disesuaikan dengan kemampuan dari si anak dan yang lebih penting selalu dijelaskan bahwa saat itu sedang belajar puasa sesuai ajaran islam. Jadi si anak pun mengerti kenapa dia tidak makan dan minum. Proses bertahap ini penting untuk mengenalkan pola pada anak. Setelah pengenalan bertahap tersebut maka orang tua juga harus berperan untuk menentukan apakah si anak telah dapat mengerti puasa itu apa. Jadi faktor komunikasi antara orang tua dan anak memegang peranan yang sangat penting dalam mendidik anak…di semua bidang lho ya…bukan hanya puasa saja. Kalau orang tua mampu mengkomunikasikan dengan baik kepada si anak mengenai puasa ini insyaallah anak pun akan melaksanakan dengan baik.
Komunikasi yang paling baik menurut apa yang dicontohkan oleh ajaran islam sendiri adalah dengan contoh. Jadi ajarkan anak berpuasa saat orang tua juga puasa. Insyaallah jika anak dijarakan dengan baik sejak usia 4 tahun ini maka saat masuk usia baligh dimana dia sudah wajib untuk berpuasa penuh bukan merupakan beban lagi baginya. Semua ini kita bicarakan dengan asumsi anak kita memiliki kondisi yang sehat sebelumnya.
Apakah perlu ada menu khusus yang harus disiapkan untuk anak2 agar mereka bisa berpuasa tanpa terganggu kebutuhan gizinya?
Untuk masalah menu khusus, hal ini berkaitan erat dengan kebutuhan nutrisi dari anak itu. Sederhananya ada beberapa patokan untuk menyiapkan menu puasa bagi buah hati kita. Berikut ini beberapa diantaranya :
* Menu makanan berbuka dan sahur untuk anak sama saja dengan menu orang dewasa.
* Biasanya rasa lapar saat berpuasa dipicu oleh turunnya kadar gula dalam tubuh. Nah, saat berbuka anak perlu diberi konsumsi makanan yang
mengandung gula, semisal teh manis hangat, kue-kue manis, serta beragam makanan manis lainnya. Minuman hangat lebih dianjurkan mengingat kondisi lambung yang sebelumnya kosong. Namun bukan berarti minuman dingin dilarang.
* Gula mudah diserap dalam tubuh menjadi sumber energi, sehingga anak bisa segera fit kembali setelah mengonsumsinya. Aktivitas bermainnya maupun beribadah bersama orang tua bisa tetap dilakukan.
* Oleh karena gula bersifat mudah diserap, maka energi yang dihasilkan juga memiliki waktu yang relatif singkat. Pada malam hari, ada baiknya anak makan lagi sebelum tidur atau pada saat-saat senggang di waktu malam.
* Untuk sahur, perbanyaklah makanan dari jenis protein dan lemak seperti daging, nasi, telur, ikan, dan lainnya. Makin besar lemak dan protein yang dikonsumsi saat sahur, otomatis cadangan energi yang dimiliki si buah hati juga lebih besar. Meski juga harus diingat, si kecil tak boleh makan sampai kekenyangan, karena dampaknya pun kurang baik. Lambungnya penuh dan perutnya terasa tak enak.
* Sifat lemak dan protein yang proses pembakaran energinya lebih lama ketimbang gula, menjadikan rasa lapar yang muncul juga waktunya lebih lama.
* Jenis makanan tambahan seperti vitamin atau susu juga tetap perlu diberikan. Apalagi saat berpuasa, anak tentu memerlukan energi yang lebih besar ketimbang saat hari-hari biasa. Hanya saja, hati-hati dalam memilih vitamin. Jangan sampai kita memberikan vitamin penambah nafsu makan, karena malah membuatnya jadi cepat lapar.
* Jangan memberi makanan dan minuman yang merangsang selama berbuka puasa, karena akan mengganggu kerja lambung misalnya makanan yang asam, bersantan, atau pedas.
* Perbanyak juga konsumsi serat karena akan membantu melancarkan buang air besar (BAB). Kalau susah BAB, biasanya anak jadi malas ke kamar mandi padahal ini berbahaya karena kotoran di perut semakin menumpuk.
Salah satu peran penting dari aspek memperhatikan menu untuk puasa buah hati kita adalah menjadikan puasa baginya sebagai sesuatu yang menyenangkan dan bukan beban. Segala sesuatu yang dijalankan dengan nuansa keceriaan dan kesenangan bagi anak insyaallah lebih mudah dan menarik baginya.
Apakah aman jika anak2 dibiasakan ikut berpuasa sunnah secara rutin bersama orang tuanya (setiap senin-kamis)?
Mengikut sertakan anak untuk puasa sunnah bersama orang tua pada prinsipnya sesuai dengan jawaban pertama tadi sebenarnya boleh saja dengan memperhatikan aspek-aspek yang telah dijelaskan sebelumnya. Membiasakan anak untuk puasa sunnah juga insyaallah akan membantu dia untuk mempersiapkan diri saat menghadapi puasa wajb Ramadhan. Jadi latihannya lebih sering dan bertahap sehingga percepatannya untuk bisa dan mau puasa secara penuh insyaallah lebih besar. Wajib diingat, kebutuhan nutrisi bagi anak yang harus diperhatikan. Untuk kondisi Indonesia yang saya ketahui, setiap anak usia BALITA (Bawah Lima Tahun) telah dan wajib memiliki KMS (Kartu Menuju Sehat). KMS ini menjadi semacam alat untuk mengawasi kondisi anak. Prinsip sederhana yang kita pegang adalah “Anak Sehat Tambah Umur Tambah Berat Badan”. Jika kita memperhatikan hal ini insyaallah anak kita tidak akan mengalami gangguan tumbuh kembang karena masalah asupan gizinya.
Untuk penjelasan yang lebih lengkap mengenai kodisi tumbuh kembang anak maka sebaiknya orang tua juga mengkomunikasikan kondisi kesehatan anak mereka kepada dokter keluarga atau dokter anak yang memang memiliki rekam medis yang lengkap sehingga adanya masalah dapat dideteksi sejak awal. Terangkan juga masalah berkaitan dengan anak yang akan kita ajarkan untuk berpuasa sehingga mereka bisa memberikan pertimbangan ilmiah yang lebih komprehensif. Insyaallah hal ini juga akan memudahkan para tenaga medis tersebut bisa menyediakan layanan yang optimal.
Insyaallah, dengan niat yang ditujukan hanya untuk Allah SWT semata dalam mengajarkan anak kita berpuasa, Allah SWT akan memudahkan anak kita menjadi anak yang sholeh/sholehah di hari depannya nanti. Semoga bermanfaat.
Puasa pada anak-anak menurut ahli kesehatan anak dapat diajarkan secara efektif sejak anak berusia 4 tahun. Mengajarkan anak untuk berpuasa sejak umur 4 tahun ini tentunya juga sangat berkaitan erat dengan faktor tumbuh kembang anak itu sendiri. Maksudnya adalah pada usia 4 tahun seorang anak memiliki kondisi tumbuh kembang yang harus jadi pertimbangan utama orang tua dalam mengajarkan puasa. Apa sih kondisi tumbuh kembang anak yang harus diperhatikan dalam mengajarkannya untuk berpuasa? Well… garis besarnya anak pada usia balita sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan tubuh yang tentunya memerlukan asupan nutrisi (Zat makanan) yang mencukupi untuk jadi bahan dasar dan bahan bakar dari proses tersebut.
Sebut saja misalnya, pada usia tersebut kerja dari enzim yang diproduksi dalam saluran cerna anak berbeda fungsi dengan orang dewasa. Pada anak selain untuk kerja sistem pencernaan, enzim yan gterdapt dalam usus juga berfungsi untuk membantu proses tumbuh kembang yang ada. Kalau pada orang dewasa fungsi enzim saluran cerna untuk proses tumbuh kembang ini sudah tidak ada. Selain itu keseimbangan cairan anak juga berbeda dengan orang dewasa. Anak cenderung lebih banyak memerlukan cairan menurut perimbangan berat tubuh dan juga cenderung lebih mudah terkena dehidrasi dibandingkan dengan orang dewasa (bukan usia lanjut). Kalau kemudian ditanyakan apakah mungkin diajarkan sebelum usia 4 tahun? Para ahli kesehatan anak menyatakan sebaiknya jangan dahulu karena berkaitan dengan proses tumbuh kembang anak itu sendiri yang memang memiliki percepatan lebih besar dan juga berkaitan dengan proses pengenalan pola makan yang harus ditanamkan pada anak.
Dalam mengajarkan puasa pada anak juga harus diingat prosesnya harus bertahap dan jangan tiba-tiba. Bertahap disini maksudnya jangan langsung diajak puasa penuh selama kurang lebih 12 jam. Tapi bisa bertahap disesuaikan dengan kemampuan dari si anak dan yang lebih penting selalu dijelaskan bahwa saat itu sedang belajar puasa sesuai ajaran islam. Jadi si anak pun mengerti kenapa dia tidak makan dan minum. Proses bertahap ini penting untuk mengenalkan pola pada anak. Setelah pengenalan bertahap tersebut maka orang tua juga harus berperan untuk menentukan apakah si anak telah dapat mengerti puasa itu apa. Jadi faktor komunikasi antara orang tua dan anak memegang peranan yang sangat penting dalam mendidik anak…di semua bidang lho ya…bukan hanya puasa saja. Kalau orang tua mampu mengkomunikasikan dengan baik kepada si anak mengenai puasa ini insyaallah anak pun akan melaksanakan dengan baik.
Komunikasi yang paling baik menurut apa yang dicontohkan oleh ajaran islam sendiri adalah dengan contoh. Jadi ajarkan anak berpuasa saat orang tua juga puasa. Insyaallah jika anak dijarakan dengan baik sejak usia 4 tahun ini maka saat masuk usia baligh dimana dia sudah wajib untuk berpuasa penuh bukan merupakan beban lagi baginya. Semua ini kita bicarakan dengan asumsi anak kita memiliki kondisi yang sehat sebelumnya.
Apakah perlu ada menu khusus yang harus disiapkan untuk anak2 agar mereka bisa berpuasa tanpa terganggu kebutuhan gizinya?
Untuk masalah menu khusus, hal ini berkaitan erat dengan kebutuhan nutrisi dari anak itu. Sederhananya ada beberapa patokan untuk menyiapkan menu puasa bagi buah hati kita. Berikut ini beberapa diantaranya :
* Menu makanan berbuka dan sahur untuk anak sama saja dengan menu orang dewasa.
* Biasanya rasa lapar saat berpuasa dipicu oleh turunnya kadar gula dalam tubuh. Nah, saat berbuka anak perlu diberi konsumsi makanan yang
mengandung gula, semisal teh manis hangat, kue-kue manis, serta beragam makanan manis lainnya. Minuman hangat lebih dianjurkan mengingat kondisi lambung yang sebelumnya kosong. Namun bukan berarti minuman dingin dilarang.
* Gula mudah diserap dalam tubuh menjadi sumber energi, sehingga anak bisa segera fit kembali setelah mengonsumsinya. Aktivitas bermainnya maupun beribadah bersama orang tua bisa tetap dilakukan.
* Oleh karena gula bersifat mudah diserap, maka energi yang dihasilkan juga memiliki waktu yang relatif singkat. Pada malam hari, ada baiknya anak makan lagi sebelum tidur atau pada saat-saat senggang di waktu malam.
* Untuk sahur, perbanyaklah makanan dari jenis protein dan lemak seperti daging, nasi, telur, ikan, dan lainnya. Makin besar lemak dan protein yang dikonsumsi saat sahur, otomatis cadangan energi yang dimiliki si buah hati juga lebih besar. Meski juga harus diingat, si kecil tak boleh makan sampai kekenyangan, karena dampaknya pun kurang baik. Lambungnya penuh dan perutnya terasa tak enak.
* Sifat lemak dan protein yang proses pembakaran energinya lebih lama ketimbang gula, menjadikan rasa lapar yang muncul juga waktunya lebih lama.
* Jenis makanan tambahan seperti vitamin atau susu juga tetap perlu diberikan. Apalagi saat berpuasa, anak tentu memerlukan energi yang lebih besar ketimbang saat hari-hari biasa. Hanya saja, hati-hati dalam memilih vitamin. Jangan sampai kita memberikan vitamin penambah nafsu makan, karena malah membuatnya jadi cepat lapar.
* Jangan memberi makanan dan minuman yang merangsang selama berbuka puasa, karena akan mengganggu kerja lambung misalnya makanan yang asam, bersantan, atau pedas.
* Perbanyak juga konsumsi serat karena akan membantu melancarkan buang air besar (BAB). Kalau susah BAB, biasanya anak jadi malas ke kamar mandi padahal ini berbahaya karena kotoran di perut semakin menumpuk.
Salah satu peran penting dari aspek memperhatikan menu untuk puasa buah hati kita adalah menjadikan puasa baginya sebagai sesuatu yang menyenangkan dan bukan beban. Segala sesuatu yang dijalankan dengan nuansa keceriaan dan kesenangan bagi anak insyaallah lebih mudah dan menarik baginya.
Apakah aman jika anak2 dibiasakan ikut berpuasa sunnah secara rutin bersama orang tuanya (setiap senin-kamis)?
Mengikut sertakan anak untuk puasa sunnah bersama orang tua pada prinsipnya sesuai dengan jawaban pertama tadi sebenarnya boleh saja dengan memperhatikan aspek-aspek yang telah dijelaskan sebelumnya. Membiasakan anak untuk puasa sunnah juga insyaallah akan membantu dia untuk mempersiapkan diri saat menghadapi puasa wajb Ramadhan. Jadi latihannya lebih sering dan bertahap sehingga percepatannya untuk bisa dan mau puasa secara penuh insyaallah lebih besar. Wajib diingat, kebutuhan nutrisi bagi anak yang harus diperhatikan. Untuk kondisi Indonesia yang saya ketahui, setiap anak usia BALITA (Bawah Lima Tahun) telah dan wajib memiliki KMS (Kartu Menuju Sehat). KMS ini menjadi semacam alat untuk mengawasi kondisi anak. Prinsip sederhana yang kita pegang adalah “Anak Sehat Tambah Umur Tambah Berat Badan”. Jika kita memperhatikan hal ini insyaallah anak kita tidak akan mengalami gangguan tumbuh kembang karena masalah asupan gizinya.
Untuk penjelasan yang lebih lengkap mengenai kodisi tumbuh kembang anak maka sebaiknya orang tua juga mengkomunikasikan kondisi kesehatan anak mereka kepada dokter keluarga atau dokter anak yang memang memiliki rekam medis yang lengkap sehingga adanya masalah dapat dideteksi sejak awal. Terangkan juga masalah berkaitan dengan anak yang akan kita ajarkan untuk berpuasa sehingga mereka bisa memberikan pertimbangan ilmiah yang lebih komprehensif. Insyaallah hal ini juga akan memudahkan para tenaga medis tersebut bisa menyediakan layanan yang optimal.
Insyaallah, dengan niat yang ditujukan hanya untuk Allah SWT semata dalam mengajarkan anak kita berpuasa, Allah SWT akan memudahkan anak kita menjadi anak yang sholeh/sholehah di hari depannya nanti. Semoga bermanfaat.
Sumber : http://forkom-jerman.org