Rabu, 09 Februari 2011

PRIORITAS AMALAN YANG LUAS MANFAATNYA ATAS PERBUATAN YANG KURANG BERMANFAAT

DI ANTARA prioritas yang sebaiknya diterapkan dalam  pekerjaan manusia   ialah   prioritas  terhadap  perbuatan  yang  banyak mendatangkan manfaat kepada orang lain. Sebesar  manfaat  yang dirasakan  oleh  orang  lain,  sebesar  itu pula keutamaan dan pahalanya di sisi Allah SWT. Oleh sebab itu,  jenis  perbuatan jihad  adalah lebih afdal daripada ibadah haji, karena manfaat ibadah haji hanya dirasakan pelakunya, sedangkan manfaat jihad dirasakan  oleh  umat.  Sehubungan  dengan  hal ini, Allah SWT berfirman:

"Apakah (orang-orang) yang memberi minuman kepada orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus masjid al-Haram, kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta berjihad di jalan Allah? Mereka tidak sama di sisi Allah, dan Allah tidak memberikan petunjuk; kepada kaum yang zalim. Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan." (at-Taubah: 19-20)

Berjuang di jalan Allah yang manfaatnya lebih  dirasakan  oleh umat  adalah  lebih  afdal  di  sisi  Allah  dan  lebih  besar pahalanya daripada  ibadah  yang  kita  lakukan  berkali-kali, tetapi kemanfaatannya hanya untuk kita sendiri.

"Abu Hurairah r.a. berkata, 'Ada salah seorang sahabat Rasulullah saw yang berjalan di suatu tempat yang memilih sumber mata air kecil, yang airnya tawar, dan dia merasa kagum kepadanya kemudian berkata, 'Amboi, seandainya aku dapat mengucilkan diri dari manusia kemudian tinggal di tempat ini! (Yakni untuk beribadah). Namun, aku tidak akan melakukannya sebelum aku meminta izin terlebih dahulu kepada Rasulullah saw.' Maka Nabi saw bersabda, 'Jangan lakukan, karena sesungguhnya keterlibatanmu dalam perjuangan di jalan Allah adalah lebih utama daripada shalat selama tujuh puluh tahun. Tidakkah kamu senang apabila Allah SWT mengampuni dosamu, dan memasukkan kamu ke surga. Berjuanglah di jalan Allah. Barangsiapa yang menyingsinglan lengan baju untuk berjuang di jalan Allah, maka wajib baginya surga."" 9

Atas dasar itulah, dalam  beberapa  hadits,  ilmu  pengetahuan dianggap  lebih  utama  daripada ibadah, karena manfaat ibadah hanya  kembali  kepada  pelakunya   sedangkan   manfaat   ilmu pengetahuan  adalah  untuk  manusia yang lebih luas. Di antara hadits itu adalah:

"Keutamaan ilmu pengelahuan itu ialah lebih aku cintai daripada keutamaan ibadah, dan agamamu yang paling baik adalah sifat wara'."10
  
"Kelebihan orang yang berilmu atas orang yang beribadah ialah bagaikan kelebihan bulan purnama atas seluruh bintang gemintang." 11
  
"Kelebihan orang yang berilmu alas orang yang beribadah ialah bagaikan kelebihan diriku atas orang yang paling rendah di antara kamu." 12

Kelebihan ilmu pengetahuan itu  akan  bertambah  lagi  apabila orang  yang  berilmu itu mau mengajarkannya kepada orang lain. Sebagai pelengkap hadits tersebut, ada baiknya  kami  sebutkan juga hadits berikut ini:

"Sesungguhnya Allah SWT dan para malaikat-Nya, serta penghuni langit dan bumi, hingga semut yang ada pada lubangnya, dan ikan hiu yang ada di lautan akan membacakan shalawat atas orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia." 13

Dalam Shahih disebutkan,

"Orang yang paling baik di antara kamu ialah orang yang belajar al-Qur'an dan mau mengajarkannya." 14

Atas dasar itu, para fuqaha mengambil keputusan: "Sesungguhnya orang  yang  hanya menyibukkan diri untuk beribadah saja tidak dibenarkan  mengambil  zakat,  berbeda   dengan   orang   yang menyibukkan  diri  untuk  mempelajari ilmu pengetahuan. Karena sesungguhnya tidak ada konsep kerahiban di  dalam  Islam,  dan orang  yang  menyibukkan  dirinya  dalam  ibadah  hanya  untuk kepentingan dirinya sendiri. Sedangkan orang yang  menyibukkan diri  dalam mencari ilmu pengetahuan adalah untuk kemaslahatan umat."

Sementara  orang   yang   ilmu   pengetahuan   dan   da'wahnya dimanfaatkan,  ia  akan mendapatkan pahala dan balasan di sisi Allah SWT atas kemanfaatan ilmunya tersebut.

Rasulullah saw bersabda,

"Barangsiapa mengajar orang lain kepada suatu petunjuk, maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang melaksanakan petunjuk itu, tanpa mengurangi pahala mereka sama sekali."

Begitu pula pekerjaan yang paling utama adalah pekerjaan  yang paling bermanfaat untuk orang lain.

Dalam sebuah hadits disebutkan,

"Orang yang paling dicintai oleh Allah SWT adalah orang yang paling berguna di antara mereka. Dan perbuatan yang paling dicintai oleh Allah ialah kegembiraan yang dimasukkan ke dalam diri orang Muslim, atau menyingkirkan kegelisahan dari diri mereka, atau membayarkan hutangnya, atau menghilangkan rasa laparnya. Dan sungguh akuberjalan bersama saudaraku sesama muslim untuk suatu keperluan (da'wah), adalah lebih aku cintai daripada beriktikaf di masjid selama satu bulan."

Begitulah  pekerjaan  yang  berkaitan  dengan  perbaikan   dan kepentingan  masyarakat  adalah lebih utama daripada pekerjaan yang dimanfaatkan oleh diri sendiri. Dalam hal ini  Rasulullah saw bersabda,

"Tidakkah pernah kuberitahukan kepada kamu sesuatu yang derajatnya lebih tinggi daripada shalat, puasa dan shadaqah? Yakni, memperbaiki silaturahmi dengan sanak kerabat kita. Karena rusaknya sanak kerabat kita adalah sama dengan pencukur." 17

Diriwayatkan, "Aku tidak mengatakan, mencukur  rambut,  tetapi mencukur agama. "

Atas  dasar  itulah,  pekerjaan  yang  dilakukan  oleh seorang pemimpin yang adil lebih  utama  daripada  ibadah  orang  lain selama  sepuluh  tahun;  karena  dalam  satu  hari  kadangkala pemimpin   itu   mengeluarkan    berbagai    keputusan    yang menyelamatkan  beribu-ribu bahkan berjuta orang yang dizalimi, mengembalikan hak yang hilang kepada pemiliknya, mengembalikan senyuman  ke  bibir  orang  yang tidak mampu tersenyum. Selain itu, dia juga mengeluarkan keputusan yang dapat memotong jalan orang-orang  yang  berbuat  jahat,  dan  mengembalikan  mereka kepada asalnya, atau membuka pintu petunjuk dan tobat.

Selain itu, pemimpin yang adil juga memberi  kesempatan  untuk membukakan  berbagai  pintu  bagi  orang-orang yang menjauhkan diri dari Allah,  memberi  petunjuk  kepada  orang-orang  yang tersesat  dari  jalannya,  dan  membantu orang yang menyimpang dari jalan yang benar.

Pemimpin yang adil juga kadang-kadang mendirikan proyek-proyek pembangunan   dan   berguna   sehingga   tindakan   ini  dapat menciptakan lapangan kerja bagi para penganggur,  mendatangkan roti  bagi orang yang lapar, obat bagi orang yang sakit, rumah bagi orang gelandangan, dan pertolongan bagi orang yang sangat memerlukannya.

Itulah  antara  lain yang membuat para ulama salaf mengatakan, "Kalau kami mempunyai do'a yang  lekas  dikabulkan  maka  kami akan  mendo'akan  penguasa.  Karena  sesungguhnya  Allah dapat melakukan perbaikan terhadap banyak makhluknya dengan kebaikan penguasa tersebut."

Thabrani meriwayatkan sebuah hadits dari Ibn 'Abbas bahwasanya saw bersabda,

"Satu hari dari imam yang adil adalah lebih afdal daripada ibadah enam puluh tahun." 18

Akan  tetapi  al-Haitsami  menentangnya,19   walaupun   hadits tersebut didukung oleh hadits Tirmidzi dari Abu Said,

"Sesungguhnya manusia yang paling dicintai oleh Allah pada hari kiamat dan paling dekat kedudukannya di sisi Allah ialah pemimpin yang adil." Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan gharib.20

Hadits di atas juga dikuatkan oleh riwayat Abu  Hurairah  r.a. dari  Ahmad,  dan Ibn Majah yang dianggap sebagai hadits hasan oleh Tirmidzi, dan dishahih-kan oleh  Ibn  Khuzaimah  dan  Ibn Hibban,

"Juga kelompok yang do'a mereka tidak ditolak ialah: orang yang berpuasa sehingga dia berbuka, pemimpin yang adil, dan do'a orang yang teraniaya." 21

Dan haditsnya dalam as-Shahihain,

"Tujuh kelompok yang akan mendapatkan naungan dari Allah SWT pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: pemimpin yang adil..."

Catatan kaki:
 
9 Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan dianggap sebagai hadits hasan olehnya (1650), beserta Hakim yang menganggapnya sebagai hadits shahih berdasarkan syarat Muslim, dan juga disepakati oleh adz-Dzahabi, 2:68 ^
10 Diriwayatkan oleh al-Bazzar, Thabrani di dalam al-Awsath, dan al-Hakim dari Hudzaifah, dan dari Sa'ad, yang di-shahih-kan olehnya dengan syarat yang ditetapkan oleh Bukhari dan Muslim; serta disepakati oleh adz-Dzahabi, 1:92. Serta disebutkan di dalam Shahih al-Jami' as-Shaghir (4214). ^
11 Diriwayatkan oleh Abu Nu'aim dalam al-Hilyah dari Mu'adz (Shahih al-Jami' as-shaghir, (4212); yang juga merupakan sebagian dari hadits Abu Darda, mengenai keutamaan ilmu pengetahuan, yang diriwayatkan oleh Ahmad dan para penyusun kitab Sunan, serta Ibn Hibban dari sumber yang sama (6297).^
12 Merupakan bagian dari hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dari Abu Umamah, Turmudzi berkata "Ini adalah hadits hasan shahih gharib" (2686) yang juga terdapat dalam Shahih al-Jami' as-shaghir (4213)^
13 Merupakan bagian dari hadits Abu Umamah di atas.^
14 Diriwayatkan oleh Bukhari dari 'Utsman.^
15 Diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah^
16 Diriwayatkan oleh Ibn Abu al-Dunya dalam Qadha' al-Hawa'ij, dan juga diriwayatkan oleh Thabrani dari Ibn Umar, dan dianggap sebagai hadits hasan olehnya. (Shahih al-Jami' as-Shagir, 176)^
17 Diriwayatkan oleh Ahmad Abu Dawud Tirmidzi, dan Ibn Hibban. ibid., (2595)^
18 al-Mundziri mengatakan dalam at-Targhib, diriwayatkan oleh Thabrani dalam al-Kabir dan at-Awsath, dan isnad al-Kabir dianggap hasan.^
19 Lihat Majma' az-Zawa'id, 5:197; 6:263.^
20 Diriwayatkan dalam al-Ahkam (1329).^
21 Dianggap sebagai hadits hasan oleh al-Hafizh Ibn Hajar, dishahihkan oleh Syaikh Syakir dalam Takhrij Sanad dengan no. 8030, yang diperkuat oleh tiga hadits lainnya, dengan ketiga sanad-nya yang berbeda. Lihat buku kami, al-Muntaqa min at-Targhib wat-Tarhib, hadits no. 513, cet. Dar al-Wafa'.
^

0 komentar:

Posting Komentar

sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com