Partai Keadilan Sejahtera, Partai Amanat Nasional dan Partai Persatuan Pembangunan merupakan tiga partai yang berdasarkan survei Lembaga Survei Indonesia mengalami penurunan suara. Pada survei Desember 2010, PKS bahkan disalip Partai Kebangkitan Bangsa.
PKB mendapat 4,8 persen, sementara PKS hanya 4,6 persen dalam survei yang memiliki 1.229 responden itu. Peneliti senior Lembaga Survei Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, menyatakan, dukungan terhadap PKB yang tak berbeda jauh dengan hasil Pemilu 2009 (4,9 persen) itu mencerminkan PKB memiliki pendukung setia atau pemilih yang relatif loyal.
"Hanya saja pemilih PKB ini kan terkonsentrasi di Jawa Timur, nah di sana itu harga kursinya mahal," kata Burhan. Di Jawa, satu kursi parlemen rata-rata setara suara 400 ribu pemilih. Sedangkan untuk di luar Jawa, masih ada daerah yang hanya perlu dukungan sekitar 100 ribu pemilih untuk mendapat satu kursi di DPR.
Dampaknya, meski mendapat suara besar, politikus PKB yang duduk di DPR bisa tak mencapai parliamentary threshold. Perolehan kursi PKB di parlemen bisa saja berada di bawah partai yang mendapat suara lebih kecil namun basis kekuatan dukungan tersebar di luar Jawa.
"Jadi hati-hati dalam melihatnya karena di Jawa kan kursinya mahal," kata Burhan.
Sementara merosotnya PKS, PAN, dan PPP, Burhan menilai karena ketiganya gagal memposisikan diri dalam koalisi. Mereka juga gagal menawarkan tokoh yang bisa menjadi magnet elektoral.
"PAN misalnya dulu punya Amien Rais. Hatta Rajasa menurut saya tidak memiliki magnet elektoral sekuat Pak Amien," kata Burhan. Kemudian "konstituen PAN rata-rata merupakan kalangan menengah ke atas yang relatif kritis terhadap pemerintah. Ketika elite PAN banyak menjadikan PAN sebagai bemper pemerintah, ini justru membuat pemilihnya lari."
Hal yang sama juga terjadi pada PKS. Karakteristik konstituennya yang sebagian besar kalangan menengah ke atas yang berpendidikan dan berpendapatan baik, juga sangat kritis. "Jadi mesti pintar mengelola partai dalam koalisi agar tidak mengecewakan kontituennya. Sekali mengecewakan maka pemilih kalangan menengah ke atas yang mendominasi kedua partai ini, PAN dan PKS, bakal mudah pindah," kata Burhan.
Bima Arya Sugiarto, salah satu Ketua PAN, menyatakan, penurunan itu wajar terjadi satu tahun pemerintahan. "Dan itu wajarlah terjadi di tahun pertama karena ekspektasi publik yang tinggi di awal pemerintahan," kata mantan Direktur Eksekutif Charta Politika, sebuah konsultan politik itu.
Sementara Ketua Fraksi PKS Mustafa Kamal menyatakan, merasa dicambuk dengan temuan terbaru LSI tersebut. Mustafa mengaku, ia belum bisa mendeteksi penyebab penurunan elektabilitas PKS. Oleh karena itu, ia berharap dapat mendalami hasil survei LSI.
LSI sendiri menyebut elektabilitas PKS turun karena posisinya yang berada di dalam pemerintahan, dan karena banyaknya wacana yang beredar terkait PKS. "Kami ingin menggali lebih dalam, dari sisi mana PKS turun," ujar Mustafa. Ia berterima kasih kepada LSI yang telah memberi informasi awal yang sangat berguna dan berharga bagi partai di masa mendatang.
"Itu kan hasil riset yang memakai metodologi ilmiah. Jadi perlu untuk dijadikan masukan," kata Mustafa. Ia pun menyatakan, PKS akan segera mencari solusi untuk mengatasi penurunan elektabilitas yang melanda partai Islam tersebut.
• VIVAnews
PKB mendapat 4,8 persen, sementara PKS hanya 4,6 persen dalam survei yang memiliki 1.229 responden itu. Peneliti senior Lembaga Survei Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, menyatakan, dukungan terhadap PKB yang tak berbeda jauh dengan hasil Pemilu 2009 (4,9 persen) itu mencerminkan PKB memiliki pendukung setia atau pemilih yang relatif loyal.
"Hanya saja pemilih PKB ini kan terkonsentrasi di Jawa Timur, nah di sana itu harga kursinya mahal," kata Burhan. Di Jawa, satu kursi parlemen rata-rata setara suara 400 ribu pemilih. Sedangkan untuk di luar Jawa, masih ada daerah yang hanya perlu dukungan sekitar 100 ribu pemilih untuk mendapat satu kursi di DPR.
Dampaknya, meski mendapat suara besar, politikus PKB yang duduk di DPR bisa tak mencapai parliamentary threshold. Perolehan kursi PKB di parlemen bisa saja berada di bawah partai yang mendapat suara lebih kecil namun basis kekuatan dukungan tersebar di luar Jawa.
"Jadi hati-hati dalam melihatnya karena di Jawa kan kursinya mahal," kata Burhan.
Sementara merosotnya PKS, PAN, dan PPP, Burhan menilai karena ketiganya gagal memposisikan diri dalam koalisi. Mereka juga gagal menawarkan tokoh yang bisa menjadi magnet elektoral.
"PAN misalnya dulu punya Amien Rais. Hatta Rajasa menurut saya tidak memiliki magnet elektoral sekuat Pak Amien," kata Burhan. Kemudian "konstituen PAN rata-rata merupakan kalangan menengah ke atas yang relatif kritis terhadap pemerintah. Ketika elite PAN banyak menjadikan PAN sebagai bemper pemerintah, ini justru membuat pemilihnya lari."
Hal yang sama juga terjadi pada PKS. Karakteristik konstituennya yang sebagian besar kalangan menengah ke atas yang berpendidikan dan berpendapatan baik, juga sangat kritis. "Jadi mesti pintar mengelola partai dalam koalisi agar tidak mengecewakan kontituennya. Sekali mengecewakan maka pemilih kalangan menengah ke atas yang mendominasi kedua partai ini, PAN dan PKS, bakal mudah pindah," kata Burhan.
Bima Arya Sugiarto, salah satu Ketua PAN, menyatakan, penurunan itu wajar terjadi satu tahun pemerintahan. "Dan itu wajarlah terjadi di tahun pertama karena ekspektasi publik yang tinggi di awal pemerintahan," kata mantan Direktur Eksekutif Charta Politika, sebuah konsultan politik itu.
Sementara Ketua Fraksi PKS Mustafa Kamal menyatakan, merasa dicambuk dengan temuan terbaru LSI tersebut. Mustafa mengaku, ia belum bisa mendeteksi penyebab penurunan elektabilitas PKS. Oleh karena itu, ia berharap dapat mendalami hasil survei LSI.
LSI sendiri menyebut elektabilitas PKS turun karena posisinya yang berada di dalam pemerintahan, dan karena banyaknya wacana yang beredar terkait PKS. "Kami ingin menggali lebih dalam, dari sisi mana PKS turun," ujar Mustafa. Ia berterima kasih kepada LSI yang telah memberi informasi awal yang sangat berguna dan berharga bagi partai di masa mendatang.
"Itu kan hasil riset yang memakai metodologi ilmiah. Jadi perlu untuk dijadikan masukan," kata Mustafa. Ia pun menyatakan, PKS akan segera mencari solusi untuk mengatasi penurunan elektabilitas yang melanda partai Islam tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar