IRWAN - HASAN HAMIDO - MUDZAKKIR ALI
Ketiga ikhwah ini yang berhikmat dan mengabdikan dirinya di DPD PKS Makassar, periode 2009 - 2014
Hasan Hamido
Ketua DPD PKS Kota Makassar.
Muh.Djafar Nurdin
Ketua Dewan Pimpinan Cabang Kecamatan Tallo
Irwan, ST.
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Makassar.
Andi Akmal Pasluddin
Anggota Legislatif DPR RI.
Selasa, 26 April 2011
PKS Diterpa Isu Negatif karena Cinta
-Ketua DPW PKS Sulawesi Selatan, Akmal Pasluddin, menyatakan fenomena isu negatif yang menerpa partainya adalah wujud cinta publik kepada partai tersebut. "Ujian itu adalah tanda cinta masyarakat kepada kita. Karenanya, kita akan menyambut cinta itu dengan memberikan kerja nyata bagi masyarakat Sulawesi Selatan," kata Akmal saat orasi Milad ke-13 PKS di Lapangan karebosi, Makassar, Minggu malam.
Wakil ketua DPRD Sulsel tersebut dihadapan 5.000 kader dan simpatisan PKS mengatakan wajar jika di usia yang sudah mencapai lebih satu dekade, partai berlambang bulan sabit kembar ini mendapat banyak tantangan. Namun tantangan itu dinilainya tak serta merta membuat kader PKS goyah. Sebaliknya, hal itu justru membuat kader partai semakin kuat dan kokoh dalam menjalani tugas-tugas sebagai wakil masyarakat. "Kami berterima kasih. Ujian itu membuat kami lebih kuat," ujarnya.
Akmal menambahkan, PKS sengaja memilih tema "PKS Berjuta Cinta untuk Sulsel" karena dalam bekerja membutuhkan rasa cinta. Menurutnya, kader partai di daerah ini telah berkomitmen bekerja keras untuk kemajuan Sulsel. Dalam merayakan Milad PKS ke-13 ini, PKS Sulsel memilih format kegiatan zikir massal yang dipandu pendiri majelis zikir An-Nubuah Indonesia, Gus Reza Muhammad Syarif.
Menurut Ketua panitia Milad PKS Sulsel, Sri Rahmi, dipilihnya kegiatan zikir akbar sebagai acara puncak, karena mengingat kondisi Indonesia belakangan ini yang didera banyak masalah.
Ribuan peserta yang hadir mengenakkan pakaian serba putih. Mereka merupakan kader PKS yang berasal dari sejumlah kabupaten dan kota di Sulsel. Hadir dalam acara tersebut, Anggota DPR RI Andi Rahmat, Korwil PKS Sulawesi Najamuddin Mara Hamid, pengurus partai se Sulsel dan Wali Kota Makassar Ilham Arief Sirajuddin.
Ribuan peserta yang hadir mengenakkan pakaian serba putih. Mereka merupakan kader PKS yang berasal dari sejumlah kabupaten dan kota di Sulsel. Hadir dalam acara tersebut, Anggota DPR RI Andi Rahmat, Korwil PKS Sulawesi Najamuddin Mara Hamid, pengurus partai se Sulsel dan Wali Kota Makassar Ilham Arief Sirajuddin.
PKS Minta Maaf Soal Insiden Kain Merah Putih di Tasikmalaya
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) meminta maaf soal insiden terinjak-injaknya kain merah putih dalam perayaan HUT PKS di Tasikmalaya. PKS berjanji akan lebih selektif dalam memilih acara.
"DPD PKS Tasikmalaya dan DPW PKS Jawa Barat, telah menyampaikan permohonan maaf karena kekeliruan sumbangan acara tersebut. Pengurus PKS setempat berjanji akan lebih ketat mengontrol acara-acara sensitif yang bisa timbulkan kesalahpahaman masyarakat," ujar mantan Presiden PKS Tifatul Sembiring dalam akun twitternya, Minggu (24/4/2011).
Dalam akunnya, Tifatul juga menyampaikan penjelasan panitia HUT atau milad PKS di Tasikmalaya. Menurutnya, bukan kader PKS yang melakukan aksi teatrikal itu. Melainkan salah satu pengisi acara dari SMU Muttaqien.
"Pada acara milad kali ini DPD PKS Tasik juga melibatkan masyarakat selain kader PKS seperti pelajar SMU, anak-anak jalanan, pengamen dan sebagainya," terang Tifatul.
Dalam acara itu, pelajar putri SMU Muttaqien membawakan aksi teatrikal. Tanpa sengaja, kain merah putih yang digunakan dalam pertunjukan terinjak-injak.
"Salah satunya putri-putri SMU Muttaqien menyumbang tarian teaterikal membawa kain besar, yang dibimbing oleh guru-guru mereka. Dalam teatrikal tersebut, bendera besar tersebut terinjak-injak. Melihat kejadian tersebut, polisi menyetop acara tersebut dan memeriksa penanggung jawabnya," tulis Menkominfo ini.
"DPD PKS Tasikmalaya dan DPW PKS Jawa Barat, telah menyampaikan permohonan maaf karena kekeliruan sumbangan acara tersebut. Pengurus PKS setempat berjanji akan lebih ketat mengontrol acara-acara sensitif yang bisa timbulkan kesalahpahaman masyarakat," ujar mantan Presiden PKS Tifatul Sembiring dalam akun twitternya, Minggu (24/4/2011).
Dalam akunnya, Tifatul juga menyampaikan penjelasan panitia HUT atau milad PKS di Tasikmalaya. Menurutnya, bukan kader PKS yang melakukan aksi teatrikal itu. Melainkan salah satu pengisi acara dari SMU Muttaqien.
"Pada acara milad kali ini DPD PKS Tasik juga melibatkan masyarakat selain kader PKS seperti pelajar SMU, anak-anak jalanan, pengamen dan sebagainya," terang Tifatul.
Dalam acara itu, pelajar putri SMU Muttaqien membawakan aksi teatrikal. Tanpa sengaja, kain merah putih yang digunakan dalam pertunjukan terinjak-injak.
"Salah satunya putri-putri SMU Muttaqien menyumbang tarian teaterikal membawa kain besar, yang dibimbing oleh guru-guru mereka. Dalam teatrikal tersebut, bendera besar tersebut terinjak-injak. Melihat kejadian tersebut, polisi menyetop acara tersebut dan memeriksa penanggung jawabnya," tulis Menkominfo ini.
Kamis, 21 April 2011
Surat Komitmen PKS Belum Tiba di Meja SBY
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) belum menerima surat komitmen koalisi dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS). SBY, juga belum mengetahui apakah PKS berkomitmen tetap dalam pemerintahan atau keluar dari koalisi.
"Itu yang kita belum tahu di mana surat itu. Dan sebatas yang saya ketahui, belum sampai di meja presiden," kata juru bicara Presiden, Julian Aldrin Pasha di kantor presiden, Jakarta, Kamis 21 April 2011.
Namun demikian, kata Julian, telah ada komunikasi antara Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi dan Menteri Kordinator Politik Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto dengan DPP dan Majelis Syura PKS. Intinya, PKS akan mengirim surat lewat Sudi atau Djoko untuk presiden.
"Mungkin (surat dari PKS) lagi di Pak Menkopolhukam atau Pak Mensesneg. Silakan tanya, karena surat mereka melalui kedua beliau itu,"
kata Julian.
Lantas, apakah SBY ingin bertemu dengan DPP PKS untuk mendengar komitmen koalisi? "Kami dengar penjelasan mereka. Tapi yang jelas ada surat yang katanya dikirimkan kepada Presiden," kata dia. "Tapi isi suratnya saya belum tahu, apakah itu surat rekomendasi atau persetujuan kontrak koalisi yang baru."
SBY akan melakukan reshuffle setelah terima surat dari PKS? "Oh, itu nanti deh (dibicarakan). Penataan koalisi dulu yah," kata Julian.
• VIVAnews"Itu yang kita belum tahu di mana surat itu. Dan sebatas yang saya ketahui, belum sampai di meja presiden," kata juru bicara Presiden, Julian Aldrin Pasha di kantor presiden, Jakarta, Kamis 21 April 2011.
Namun demikian, kata Julian, telah ada komunikasi antara Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi dan Menteri Kordinator Politik Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto dengan DPP dan Majelis Syura PKS. Intinya, PKS akan mengirim surat lewat Sudi atau Djoko untuk presiden.
"Mungkin (surat dari PKS) lagi di Pak Menkopolhukam atau Pak Mensesneg. Silakan tanya, karena surat mereka melalui kedua beliau itu,"
kata Julian.
Lantas, apakah SBY ingin bertemu dengan DPP PKS untuk mendengar komitmen koalisi? "Kami dengar penjelasan mereka. Tapi yang jelas ada surat yang katanya dikirimkan kepada Presiden," kata dia. "Tapi isi suratnya saya belum tahu, apakah itu surat rekomendasi atau persetujuan kontrak koalisi yang baru."
SBY akan melakukan reshuffle setelah terima surat dari PKS? "Oh, itu nanti deh (dibicarakan). Penataan koalisi dulu yah," kata Julian.
Selasa, 19 April 2011
Zulkieflimansyah, Ketua PKS Dosen di Harvard
Sikap Partai Keadilan Sejahtera yang perhatian dengan Palestina sering disalahartikan tak menyukai yang berbau Amerika Serikat. Zulkieflimansyah, salah satu Ketua PKS, menjadi bukti pemahaman itu tak benar.
Zul yang lahir di Sumbawa Besar, 18 Mei 1972, ini bahkan mengaku pengajar di Universitas Harvard, salah satu perguruan tinggi terkemuka di Amerika Serikat. Doktor Ekonomi Industri jebolan Department of Economics, University of Strathclyde, Glasgow, Inggris ini memang selain aktif berpolitik juga tercatat sebagai salah satu dosen di Universitas Indonesia, tempat dia meraih sarjana ekonomi.
"PKS itu cukup sering disalahpahami di Amerika," kata Zul kepada VIVAnews, Selasa 19 April 2011 malam. "Saya cukup sering ke Amerika, saya masih jadi pengajar di Harvard University," katanya.
"Menurut saya, sama-sama saling memanfaatkanlah, saling menuai manfaat. Jadi PKS itu bisa mengenal lebih banyak orang di luar kita, harus diakui Amerika maju sekali. Kalau teman-teman Amerika juga tidak melulu memandang PKS kaum konservatif, tapi memahami PKS manusia biasa terdiri berbagai latar belakang pemikiran," kata Zul yang pernah mencalonkan diri jadi Wakil Gubernur Banten itu.
Namun Zul memang memahami, banyak teman-teman separtainya masih apriori dengan Amerika Serikat atau yang berbau 'Barat'. "Sedikit-sedikit ini rekayasa Israel, rekayasa Yahudi, ini stereotiping seperti itu nggak benar," kata Zul.
Cara pandang ini, menurut Zul, untuk mengubahnya pelan-pelan, mungkin dengan kerja sama, saling berinteraksi itu akan menemukan kesepahaman bahwa tidak boleh mengklaim diri paling suci, paling benar. "Anasir kebaikan itu ada di mana-mana, PKS tidak boleh menjadikan dirinya centre of the world," kata Zul yang pernah menjadi Ketua Senat Mahasiswa Universitas Indonesia itu.
Dan Zul mengaku, kini kerap berperan sebagai jembatan antara PKS dengan dunia 'Barat' seperti dengan pihak Amerika Serikat. "Radikalisme itu tidak bisa menyelesaikan masalah, justru tidak mendapat tempat," kata Zul yang mengenyam sekolah menengah atas di Australia selama setahun itu. (sj)
• VIVAnewsZul yang lahir di Sumbawa Besar, 18 Mei 1972, ini bahkan mengaku pengajar di Universitas Harvard, salah satu perguruan tinggi terkemuka di Amerika Serikat. Doktor Ekonomi Industri jebolan Department of Economics, University of Strathclyde, Glasgow, Inggris ini memang selain aktif berpolitik juga tercatat sebagai salah satu dosen di Universitas Indonesia, tempat dia meraih sarjana ekonomi.
"PKS itu cukup sering disalahpahami di Amerika," kata Zul kepada VIVAnews, Selasa 19 April 2011 malam. "Saya cukup sering ke Amerika, saya masih jadi pengajar di Harvard University," katanya.
"Menurut saya, sama-sama saling memanfaatkanlah, saling menuai manfaat. Jadi PKS itu bisa mengenal lebih banyak orang di luar kita, harus diakui Amerika maju sekali. Kalau teman-teman Amerika juga tidak melulu memandang PKS kaum konservatif, tapi memahami PKS manusia biasa terdiri berbagai latar belakang pemikiran," kata Zul yang pernah mencalonkan diri jadi Wakil Gubernur Banten itu.
Namun Zul memang memahami, banyak teman-teman separtainya masih apriori dengan Amerika Serikat atau yang berbau 'Barat'. "Sedikit-sedikit ini rekayasa Israel, rekayasa Yahudi, ini stereotiping seperti itu nggak benar," kata Zul.
Cara pandang ini, menurut Zul, untuk mengubahnya pelan-pelan, mungkin dengan kerja sama, saling berinteraksi itu akan menemukan kesepahaman bahwa tidak boleh mengklaim diri paling suci, paling benar. "Anasir kebaikan itu ada di mana-mana, PKS tidak boleh menjadikan dirinya centre of the world," kata Zul yang pernah menjadi Ketua Senat Mahasiswa Universitas Indonesia itu.
Dan Zul mengaku, kini kerap berperan sebagai jembatan antara PKS dengan dunia 'Barat' seperti dengan pihak Amerika Serikat. "Radikalisme itu tidak bisa menyelesaikan masalah, justru tidak mendapat tempat," kata Zul yang mengenyam sekolah menengah atas di Australia selama setahun itu. (sj)
Senin, 18 April 2011
Kader Sulsel Tak Pernah Berpikir PKS Jadi Ormas Saja
INILAH.COM, Jakarta - Ketua Dewan Perwakilan Wilayah Partai Keadilan Sejahtera (DPW PKS) Sulawesi Selatan meminta kepada kader-kader PKS untuk kuat menghadapi konflik internal di tubuh PKS.
Banyaknya konflik yang di hadapi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menimbulkan sedikit penyesalan bagi kader di Sulawesi Selatan, dan mengapa PKS tidak menjadi ormas saja. Namun demikian Ketua DPW PKS Sulsel, Akmal Pasluddin meminta kadernya untuk tidak berpikir demikian.
"Di kalangan kader jangan lagi ada pembicaraan mengapa dulu memilih menjadi parpol. Karena adanya fitnah dan masalah ini kemudian ada yang berpikir kenapa kita tidak jadi ormas saja," kata ketua DPW PKS Sulsel, Akmal Pasluddin dalam orasinya saat merayakan Milad PKS ke-13 di depan Monumen Mandala, Makassar, minggu (17/4/2011).
Menurutnya, keputusan menjadi partai PKS telah melalui beberapa tahapan termasuk survei, sehingga keputusan tersebut tidak bisadisesalkan lagi, hanya karena banyaknya cobaan. Justeru, dengan keadaan tersebut mereka tidak mundur hanya karena tekanan-tekanan seperti ini.
Ia menambahkan, dikalangan kader meski sedikit saja ada pembicaraan agar PKS kembali menjadi ormas saja seperti sebelum tahun 1998 PKS belum menjadi partai. Saat itu, ada pro kontra agar ormas cikal bakal PKS menjadi parpol, termasu Sekjend PKS Anis Matta juga termasuk salah seorang yang menolak PKS mejadi parpol. Namun setelah survei akhirnya diputuskanlah menjadi partai yang awalanya bernama Partai Keadilan pada tanggal 20 Juli 1998.
"Ketika keputusan sudah diambil, pantang bagi kami untuk surut kembali. Saya kira pembicaraan untuk kembali menjadi ormas sebaiknya dihentikan. Karena ini sudah menjadi keputusan Majelis Syuro. Jangan lagi ada diskusi mengapa kita menjadi parpol," tegas anggota DPRD Sulsel ini.
Apalagi, PKS sekarang ini telah berumur 13 tahun, telah melalui tahapan-tahapan yang tidak sulit. Termasuk telah mengikuti tiga kali pemilihan umum, yang dimulai dengan partai yang pendukungnya hanya sedikit hingga sekarang telah melewati parliementary treshold.[bay]
Banyaknya konflik yang di hadapi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menimbulkan sedikit penyesalan bagi kader di Sulawesi Selatan, dan mengapa PKS tidak menjadi ormas saja. Namun demikian Ketua DPW PKS Sulsel, Akmal Pasluddin meminta kadernya untuk tidak berpikir demikian.
"Di kalangan kader jangan lagi ada pembicaraan mengapa dulu memilih menjadi parpol. Karena adanya fitnah dan masalah ini kemudian ada yang berpikir kenapa kita tidak jadi ormas saja," kata ketua DPW PKS Sulsel, Akmal Pasluddin dalam orasinya saat merayakan Milad PKS ke-13 di depan Monumen Mandala, Makassar, minggu (17/4/2011).
Menurutnya, keputusan menjadi partai PKS telah melalui beberapa tahapan termasuk survei, sehingga keputusan tersebut tidak bisadisesalkan lagi, hanya karena banyaknya cobaan. Justeru, dengan keadaan tersebut mereka tidak mundur hanya karena tekanan-tekanan seperti ini.
Ia menambahkan, dikalangan kader meski sedikit saja ada pembicaraan agar PKS kembali menjadi ormas saja seperti sebelum tahun 1998 PKS belum menjadi partai. Saat itu, ada pro kontra agar ormas cikal bakal PKS menjadi parpol, termasu Sekjend PKS Anis Matta juga termasuk salah seorang yang menolak PKS mejadi parpol. Namun setelah survei akhirnya diputuskanlah menjadi partai yang awalanya bernama Partai Keadilan pada tanggal 20 Juli 1998.
"Ketika keputusan sudah diambil, pantang bagi kami untuk surut kembali. Saya kira pembicaraan untuk kembali menjadi ormas sebaiknya dihentikan. Karena ini sudah menjadi keputusan Majelis Syuro. Jangan lagi ada diskusi mengapa kita menjadi parpol," tegas anggota DPRD Sulsel ini.
Apalagi, PKS sekarang ini telah berumur 13 tahun, telah melalui tahapan-tahapan yang tidak sulit. Termasuk telah mengikuti tiga kali pemilihan umum, yang dimulai dengan partai yang pendukungnya hanya sedikit hingga sekarang telah melewati parliementary treshold.[bay]
Minggu, 17 April 2011
Seputar berita tentang Milad PKS-13
1.Anas dan Ical Hadiri Milad PKS
Liputan6.com, Jakarta: Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum dan Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie menghadiri milad ke-13 Partai Keadilan Sejahtera di Stadion Gelora Bung Karno Jakarta, Ahad (17/4). Sejumlah duta besar negara sahabat juga turut hadir di antaranya Dubes Jepang, Kuwait, Amerika Serikat, Iran, Singapura, Australia, Turki, Irak, Inggris, Timor Leste, dan Palestina.
Saat Komedian Sule yang menjadi MC acara itu menyampaikan kehadiran para dubes, Dubes Palestina disambut tepuk tangan meriah para simpatisan dan kader PKS. Gelora Bung Karno diperkirakan dipadati sekitar 500 ribu kader dan simpatisan PKS dari wilayah Jakarta dan sekitarnya dan seluruh pengurus DPP, DPW dan DPD PKS.
Sebelumnya dalam rangkaian acara milad, PKS menggelar beberapa kegiatan sebagai bentuk kerja PKS bagi Indonesia di antaranya peresmian Program Kampung Kite di Jakarta Barat yang meliputi program rumah sehat, rumah pintar, penanaman pohon, dan balai latihan kerja. PKS juga menggelar kegiatan sepeda santai dan jalan sehat sebagai wujud kepedulian PKS dalam mengampanyekan budaya hidup sehat.(ANT/JUM)
Saat Komedian Sule yang menjadi MC acara itu menyampaikan kehadiran para dubes, Dubes Palestina disambut tepuk tangan meriah para simpatisan dan kader PKS. Gelora Bung Karno diperkirakan dipadati sekitar 500 ribu kader dan simpatisan PKS dari wilayah Jakarta dan sekitarnya dan seluruh pengurus DPP, DPW dan DPD PKS.
Sebelumnya dalam rangkaian acara milad, PKS menggelar beberapa kegiatan sebagai bentuk kerja PKS bagi Indonesia di antaranya peresmian Program Kampung Kite di Jakarta Barat yang meliputi program rumah sehat, rumah pintar, penanaman pohon, dan balai latihan kerja. PKS juga menggelar kegiatan sepeda santai dan jalan sehat sebagai wujud kepedulian PKS dalam mengampanyekan budaya hidup sehat.(ANT/JUM)
2,Ada Milad PKS, Senayan Macet
Liputan6.com, Jakarta: Peringatan Ulang Tahun alias Milad Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dihadiri seluruh kader, simpatisan dan pimpinan PKS . Lalu lintas pun terkena imbasnya. Kemacetan panjang terjadi dari arah Slipi yang menuju Senayan atau sebaliknya.
Sri Lestari, seorang karyawan di pusat perbelanjaan di kawasan Senayan, Ahad (17/4), mengaku terpaksa berjalan kaki dari Gelora Bung Karno hingga ke kantornya karena takut terlambat. "Umumnya setiap hari Minggu lancar, hanya butuh setengah jam. Nah ini sampai satu setengah jam belum sampai-sampai," ujar Sri yang bertempat tinggal di Grogol ini.
Sri mengatakan, kemacetan juga disebabkan bus-bus pariwisata yang diparkir di sepanjang jalan. "Angkutan umum juga banyak yang dialihkan," ujarnya.
Sementara itu, pantauan Liputan6.com, sejumlah aparat kepolisian juga terlihat bekerja keras mengatur lalu lintas. Mereka juga melarang bus-bus yang memarkir sembarangan.(MEL)
Sri Lestari, seorang karyawan di pusat perbelanjaan di kawasan Senayan, Ahad (17/4), mengaku terpaksa berjalan kaki dari Gelora Bung Karno hingga ke kantornya karena takut terlambat. "Umumnya setiap hari Minggu lancar, hanya butuh setengah jam. Nah ini sampai satu setengah jam belum sampai-sampai," ujar Sri yang bertempat tinggal di Grogol ini.
Sri mengatakan, kemacetan juga disebabkan bus-bus pariwisata yang diparkir di sepanjang jalan. "Angkutan umum juga banyak yang dialihkan," ujarnya.
Sementara itu, pantauan Liputan6.com, sejumlah aparat kepolisian juga terlihat bekerja keras mengatur lalu lintas. Mereka juga melarang bus-bus yang memarkir sembarangan.(MEL)
3.PKS Milad ke-13, Serangan ke Partai Diangkat dalam Pidato
Puluhan ribu massa Partai Keadilan Sejahtera (PKS) memutihkan Stadion Gelora Bung Karno dalam perayaan ulang tahun (Milad) yang ke-13. Aneka masalah yang menerpa partai, diangkat dalam pidato sambutan dan kader diminta untuk tetap solid.
Pantauan detikcom, Minggu (17/4/2011), massa mulai memadati Stadion GBK sejak pukul 09.00 WIB. Mereka tampak mengenakan pakaian putih-putih hingga Stadion GPK pun berubah menjadi lautan warna putih.
Dalam sambutannya, ketua panitia sekaligus Ketua DPW PKS DKI Jakarta Triwisaksana mengatakan, acara milad ini merupakan bentuk konsolidasi seluruh kader PKS yang menurutnya akhir-akhir ini banyak diserang oleh upaya-upaya mengkerdilkan semangat dakwah PKS.
"Beberapa hari terakhir ini ada upaya-upaya untuk mengkerdilkan semangat dakwah PKS. Namun tantangan itu tidak akan menyurutkan semangat kita," kata Triwisaksana dalam sambutannya di hadapan puluhan ribu massa PKS di Stadion GBK, Senayan, Jakarta, Minggu (17/4/2011).
Menurut Triwisaksana selama selama 13 tahun ini, PKS telah matang dan telah memberikan kontribusi bagi Indonesia. "13 Tahun ini adalah usia yang cukup matang bagi PKS untuk berbuat bagi negeri ini. Rakyat telah membuktikan, PKS senantiasa bersama mereka, bekerja untuk mereka," kata dia berapi-api.
Banyaknya cobaan yang menimpa PKS, menurutnya, mengharuskan bagi partai yang sebelumnya bernama Partai Keadilan ini untuk bekerja lebih keras, untuk menuju Indonesia yang lebih baik.
"Sekarang saatnya bekerja untuk lebih keras untuk membawa Indonesia ke masa depan lebih baik," katanya.
Hadir dalam acara ini para petinggi PKS di antaranya Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq, Sekjen PKS Anis Matta, Ketua Majelis Syuro PKS Hilmi Aminuddin, dan mantan Presiden PKS Hidayat Nurwahid. Tampak juga Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum dan Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie.
Pantauan detikcom, Minggu (17/4/2011), massa mulai memadati Stadion GBK sejak pukul 09.00 WIB. Mereka tampak mengenakan pakaian putih-putih hingga Stadion GPK pun berubah menjadi lautan warna putih.
Dalam sambutannya, ketua panitia sekaligus Ketua DPW PKS DKI Jakarta Triwisaksana mengatakan, acara milad ini merupakan bentuk konsolidasi seluruh kader PKS yang menurutnya akhir-akhir ini banyak diserang oleh upaya-upaya mengkerdilkan semangat dakwah PKS.
"Beberapa hari terakhir ini ada upaya-upaya untuk mengkerdilkan semangat dakwah PKS. Namun tantangan itu tidak akan menyurutkan semangat kita," kata Triwisaksana dalam sambutannya di hadapan puluhan ribu massa PKS di Stadion GBK, Senayan, Jakarta, Minggu (17/4/2011).
Menurut Triwisaksana selama selama 13 tahun ini, PKS telah matang dan telah memberikan kontribusi bagi Indonesia. "13 Tahun ini adalah usia yang cukup matang bagi PKS untuk berbuat bagi negeri ini. Rakyat telah membuktikan, PKS senantiasa bersama mereka, bekerja untuk mereka," kata dia berapi-api.
Banyaknya cobaan yang menimpa PKS, menurutnya, mengharuskan bagi partai yang sebelumnya bernama Partai Keadilan ini untuk bekerja lebih keras, untuk menuju Indonesia yang lebih baik.
"Sekarang saatnya bekerja untuk lebih keras untuk membawa Indonesia ke masa depan lebih baik," katanya.
Hadir dalam acara ini para petinggi PKS di antaranya Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq, Sekjen PKS Anis Matta, Ketua Majelis Syuro PKS Hilmi Aminuddin, dan mantan Presiden PKS Hidayat Nurwahid. Tampak juga Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum dan Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie.
Sabtu, 16 April 2011
PKS dan Cobaan Demokrasi
Jakarta - Paling tidak ada 2 kejadian beruntun yang 'mengarah' langsung atau tidak langsung kepada Partai Keadilan Sejahtera (PKS); Pertama, kasus Yusuf Supendi, pendiri Partai Keadilan (PK) –awal mula PKS- yang memperkarakan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq ke Badan Kehormatan DPR RI. Selain itu, Yusuf –yang telah dipecat sejak tahun 2009 dari PKS karena alasan indisipliner ini- juga membuka beberapa tuduhan mengenai keterlibatan Sekjen PKS Anis Matta dalam penggelapan uang serta sikap Yusuf yang menolak PKS menjadi partai terbuka. Kedua, dan ini yang menghebohkan, adalah kasus Arifinto, anggota DPR RI dari PKS yang tertangkap kamera diduga sedang menonton video porno pada saat berlangsungya sidang paripurna.
Tulisan ini mencoba melakukan analisa –berdasarkan kasus-kasus tersebut- mengenai risiko yang ditempuh sebuah gerakan ketika mereka memutuskan untuk masuk ke dalam lingkaran 'politik praktis'.
Dari pengalaman di Indonesia misalnya, beberapa gerakan Islam gagal menghadapi tantangan politik. Beberapa partai Islam kalah dalam proses politik yang fair dan elegan, tetapi –dan ini yang jarang diulas- partai Islam seringkali kalah, bukan karena tidak mampu mendulang suara, tapi gagal menghindar dari fitnah lawan politik yang berujung pada 'pembredelan' partai tersebut oleh penguasa, baik langsung maupun tidak langsung. Masyumi di era Orde Lama dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) di awal era Orde Baru menjadi bukti gagalnya gerakan Islam menghadapi cobaan demokrasi. Bagaimana dengan PKS?
Cobaan Demokrasi
Demokrasi adalah pasar bebas politik. Semua ide dan gagasan ditawarkan di sini, dalam berbagai bentuknya. Pembelinya adalah rakyat. Rakyat yang akan menilai gagasan apa yang layak dibeli, dan gagasan mana yang sebaiknya dibuang. Maka tugas partai adalah mengemas gagasan itu dengan bentuk terbaik, sehingga tampak menarik untuk dijual dan ada kemungkinan untuk 'laku' di pasaran politik.
Dalam tataran ideal, demokrasi yang tak ubahnya seperti pasar ini justru menjadi masalah, karena menjadi absurdnya kebenaran dalam politik. Hal ini paling tidak didasari oleh beberapa hal; pertama, kebenaran, seringkali kemudian menjadi domain partai atau koalisi partai mayoritas. Inilah kebenaran politik, yang belum tentu merupakan kebenaran hukum, dan apalagi kebenaran agama. Demokrasi, dalam istilah lainnya, kemudian menjelma menjadi peraturan tentang kemenangan 51 persen atas 49 persen, sesuatu yang oleh Alexis de Tocqueville disebut sebagai 'tirani mayoritas'.
Kedua, gagasan tentang apa itu 'kebenaran dalam politik' berbeda antara satu partai dengan partai lain. Persamaannya, adalah semua partai meyakini bahwa untuk membuktikan sejauh mana kebenaran gagasan mereka, yang harus dilakukan rakyat adalah memilih mereka untuk berkuasa di lembaga negara. Gagasan kebenaran politik dalam bentuk 'ideologi partai' ini kemudian menjadi semacam karakter yang membedakan antara satu partai, dengan partai lainnya.
Ketiga, Dengan analogi pasar bebas dan kebenaran yang absurd, maka persaingan menjadi sedemkian bebas. Dalam konteks ini, kita bisa memahami mengapa konotasi term 'politik' menjadi bernilai 'negatif'. Tak lain karena, demokrasi hampir-hampir memberi jalan bagi partai politik untuk merebut kekuasaan dengan segala cara. Toh, benar salahnya cara yang ditempuh, akan masuk dalam perdebatan politik, bukan justifikasi hukum. Inilah cobaan demokrasi, yang segera kemudian menjadi mekanisme seleksi alamiah; yang mampu beradaptasi akan terus bertahan. Yang gagal, segera masuk kotak.
Reformasi 1998 membawa Indonesia untuk 'belajar kembali' tentang demokrasi, setelah pernah diaplikasikan dalam Pemilihan Umum (Pemilu) 1955. Dalam kondisi inilah, PKS muncul (sebelumnya PK) dengan menawarkan gagasan Islam sebagai landasan ideologi. Diisi dominan oleh orang-orang dengan latar belakang aktivis Islam kampus, idealisme dan ide Islam Politik kemudian menjadi 'dagangan' PKS dalam menjual gagasannya kepada rakyat.
Namun, lazimnya partai lain yang terus eksis, PKS pun tidak lepas dari cobaan demokrasi. Cobaan yang dihadapi adalah bagaimana mengejawantahkan ideologi partai dalam tindakan nyata di ruang publik. Dengan kata lain, tantangan yang dihadapi adalah bagaimana 'kebenaran politik versi PKS' menjadi 'kebenaran politik' yang diyakini juga oleh masyarakat. Hal ini nampaknya menghadapi beberapa kendala tertentu;
Pertama, adalah upaya PKS untuk memperluas basis pemilih (kader dan simpatisan). Selama ini PKS dianggap masih berada di 'kanan' dengan basis agama yang kuat, dan belum mampu bergeser ke 'tengah' untuk menggaet masa Nasionalis. Pilihan strategi yang diambil pun tidak main-main; menjadi partai terbuka. Pilihan cerdas sekaligus kontroversial; di satu sisi PKS harus mampu mengemas gagasan ideologi mereka sedemikian rupa untuk meraih simpati massa kelompok nasionalis, di sisi lain PKS juga harus menjelaskan pilihan untuk 'terbuka' ini pada kader dan simpatisan mereka yang kebanyakan adalah kelompok Islam loyalis. Pada titik inilah soliditas PKS sebagai partai kader diuji.
Kedua, adalah cobaan demokrasi bernama kekuasaan. Dalam hitung-hitungan koalisi, praktis PKS adalah partai yang menempati pos menteri terbanyak setelah Partai Demokrat, sebanyak 4 menteri. Tentu saja ini berkah sekaligus cobaan. Dari sisi internal, kader PKS harus mampu untuk 'menahan diri' terhadap godaan kuasa yang biasanya mendatangkan harta. Jabatan politik, seharusnya berdampak strategis bagi konstituen PKS secara keseluruhan, bukan lahan pembagian jabatan dan proyek-proyek besar. Secara internal, godaan-godaan 'dunia' ini harus diantispasi oleh kader-kader PKS.
Ketiga, adalah cobaan demokrasi berwujud koalisi. Sebagai partai pendukung pemerintahan, PKS dihadapkan pada dilema dalam menentukan sikap. Di satu sisi, PKS mempunyai idealisme tersendiri berdasarkan platform ideologi yang menjadi dasar gerakan, namun di sisi lain PKS –sebagai mitra koalisi- dihadapkan pada tuntutan untuk mendukung kebijakan pemerintah. Dua hal ini seringkali tidak seiring sejalan. Namun, patut diapresiasi ketika dalam beberapa kasus, PKS konsisten dalam mempertahankan sikapnya 'berbeda jalan' dengan pemerintah.
Badai Pasti Berlalu?
Dalam bukunya Dari Gerakan ke Negara, Sekjen PKS Anis Matta sudah memberikan 'early warning' terhadap pilihan gerakan tarbiyah –cikal bakal PKS- untuk masuk dan terlibat dalam demokrasi. Dalam buku tersebut, Anis mewanti-wanti kader PKS untuk siap menghadapi era demokrasi dan keterbukaan, di mana 'kebenaran dan kebathilan sama-sama bersaing untuk meraih simpati masyarakat'. Maka di era persaingan politik ini menurut Anis, yang harus dilakukan kader PKS adalah 'membuktikan bahwa yang benar di mata Islam adalah benar juga di depan hukum, dan apa yang salah menurut Islam adalah juga salah menurut hukum yang berlaku'.
Seperti jamaknya ajaran agama, bahwa siapa mampu menghadapi cobaan, maka sesungguhnya Tuhan sedang mengujinya untuk membuat ia tangguh. Tapi, barangsiapa gagal menghadapi cobaan -sesuai kadarnya- maka sesungguhnya ia telah gagal mencapai derajat keimanan. Analogi ini tepat untuk PKS. Pilihannya sederhana; jika sukses menghadapi 'cobaan demokrasi' ini, maka PKS akan semakin kuat dan beranjak menjadi salah satu kekuatan politik utama di Indonesia, sebaliknya jika gagal, maka PKS mengikuti pendahulunya partai-partai Islam yang 'masuk kotak', justru karena demokrasi.
Di atas itu semua, patut diapresiasi pilihan politik PKS untuk 'berani bertarung' dalam Demokrasi. Ketika beberapa gerakan Islam lainnya justru tidak berani berpolemik dalam politik, PKS justru masuk dalam politik praktis. 'Percuma saja berlayar, kalau takut Gelombang' begitu mungkin gubahan yang tepat. Maknanya; 'Buat apa punya cita-cita perubahan, kalau takut menghadapi cobaan demokrasi?'
*) Khairurrizqo adalah mahasiswa Pasca Sarjana Ilmu Politik Universitas Indonesia dan peneliti budaya politik di Hikaam Institute Jakarta.
Tulisan ini mencoba melakukan analisa –berdasarkan kasus-kasus tersebut- mengenai risiko yang ditempuh sebuah gerakan ketika mereka memutuskan untuk masuk ke dalam lingkaran 'politik praktis'.
Dari pengalaman di Indonesia misalnya, beberapa gerakan Islam gagal menghadapi tantangan politik. Beberapa partai Islam kalah dalam proses politik yang fair dan elegan, tetapi –dan ini yang jarang diulas- partai Islam seringkali kalah, bukan karena tidak mampu mendulang suara, tapi gagal menghindar dari fitnah lawan politik yang berujung pada 'pembredelan' partai tersebut oleh penguasa, baik langsung maupun tidak langsung. Masyumi di era Orde Lama dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) di awal era Orde Baru menjadi bukti gagalnya gerakan Islam menghadapi cobaan demokrasi. Bagaimana dengan PKS?
Cobaan Demokrasi
Demokrasi adalah pasar bebas politik. Semua ide dan gagasan ditawarkan di sini, dalam berbagai bentuknya. Pembelinya adalah rakyat. Rakyat yang akan menilai gagasan apa yang layak dibeli, dan gagasan mana yang sebaiknya dibuang. Maka tugas partai adalah mengemas gagasan itu dengan bentuk terbaik, sehingga tampak menarik untuk dijual dan ada kemungkinan untuk 'laku' di pasaran politik.
Dalam tataran ideal, demokrasi yang tak ubahnya seperti pasar ini justru menjadi masalah, karena menjadi absurdnya kebenaran dalam politik. Hal ini paling tidak didasari oleh beberapa hal; pertama, kebenaran, seringkali kemudian menjadi domain partai atau koalisi partai mayoritas. Inilah kebenaran politik, yang belum tentu merupakan kebenaran hukum, dan apalagi kebenaran agama. Demokrasi, dalam istilah lainnya, kemudian menjelma menjadi peraturan tentang kemenangan 51 persen atas 49 persen, sesuatu yang oleh Alexis de Tocqueville disebut sebagai 'tirani mayoritas'.
Kedua, gagasan tentang apa itu 'kebenaran dalam politik' berbeda antara satu partai dengan partai lain. Persamaannya, adalah semua partai meyakini bahwa untuk membuktikan sejauh mana kebenaran gagasan mereka, yang harus dilakukan rakyat adalah memilih mereka untuk berkuasa di lembaga negara. Gagasan kebenaran politik dalam bentuk 'ideologi partai' ini kemudian menjadi semacam karakter yang membedakan antara satu partai, dengan partai lainnya.
Ketiga, Dengan analogi pasar bebas dan kebenaran yang absurd, maka persaingan menjadi sedemkian bebas. Dalam konteks ini, kita bisa memahami mengapa konotasi term 'politik' menjadi bernilai 'negatif'. Tak lain karena, demokrasi hampir-hampir memberi jalan bagi partai politik untuk merebut kekuasaan dengan segala cara. Toh, benar salahnya cara yang ditempuh, akan masuk dalam perdebatan politik, bukan justifikasi hukum. Inilah cobaan demokrasi, yang segera kemudian menjadi mekanisme seleksi alamiah; yang mampu beradaptasi akan terus bertahan. Yang gagal, segera masuk kotak.
Reformasi 1998 membawa Indonesia untuk 'belajar kembali' tentang demokrasi, setelah pernah diaplikasikan dalam Pemilihan Umum (Pemilu) 1955. Dalam kondisi inilah, PKS muncul (sebelumnya PK) dengan menawarkan gagasan Islam sebagai landasan ideologi. Diisi dominan oleh orang-orang dengan latar belakang aktivis Islam kampus, idealisme dan ide Islam Politik kemudian menjadi 'dagangan' PKS dalam menjual gagasannya kepada rakyat.
Namun, lazimnya partai lain yang terus eksis, PKS pun tidak lepas dari cobaan demokrasi. Cobaan yang dihadapi adalah bagaimana mengejawantahkan ideologi partai dalam tindakan nyata di ruang publik. Dengan kata lain, tantangan yang dihadapi adalah bagaimana 'kebenaran politik versi PKS' menjadi 'kebenaran politik' yang diyakini juga oleh masyarakat. Hal ini nampaknya menghadapi beberapa kendala tertentu;
Pertama, adalah upaya PKS untuk memperluas basis pemilih (kader dan simpatisan). Selama ini PKS dianggap masih berada di 'kanan' dengan basis agama yang kuat, dan belum mampu bergeser ke 'tengah' untuk menggaet masa Nasionalis. Pilihan strategi yang diambil pun tidak main-main; menjadi partai terbuka. Pilihan cerdas sekaligus kontroversial; di satu sisi PKS harus mampu mengemas gagasan ideologi mereka sedemikian rupa untuk meraih simpati massa kelompok nasionalis, di sisi lain PKS juga harus menjelaskan pilihan untuk 'terbuka' ini pada kader dan simpatisan mereka yang kebanyakan adalah kelompok Islam loyalis. Pada titik inilah soliditas PKS sebagai partai kader diuji.
Kedua, adalah cobaan demokrasi bernama kekuasaan. Dalam hitung-hitungan koalisi, praktis PKS adalah partai yang menempati pos menteri terbanyak setelah Partai Demokrat, sebanyak 4 menteri. Tentu saja ini berkah sekaligus cobaan. Dari sisi internal, kader PKS harus mampu untuk 'menahan diri' terhadap godaan kuasa yang biasanya mendatangkan harta. Jabatan politik, seharusnya berdampak strategis bagi konstituen PKS secara keseluruhan, bukan lahan pembagian jabatan dan proyek-proyek besar. Secara internal, godaan-godaan 'dunia' ini harus diantispasi oleh kader-kader PKS.
Ketiga, adalah cobaan demokrasi berwujud koalisi. Sebagai partai pendukung pemerintahan, PKS dihadapkan pada dilema dalam menentukan sikap. Di satu sisi, PKS mempunyai idealisme tersendiri berdasarkan platform ideologi yang menjadi dasar gerakan, namun di sisi lain PKS –sebagai mitra koalisi- dihadapkan pada tuntutan untuk mendukung kebijakan pemerintah. Dua hal ini seringkali tidak seiring sejalan. Namun, patut diapresiasi ketika dalam beberapa kasus, PKS konsisten dalam mempertahankan sikapnya 'berbeda jalan' dengan pemerintah.
Badai Pasti Berlalu?
Dalam bukunya Dari Gerakan ke Negara, Sekjen PKS Anis Matta sudah memberikan 'early warning' terhadap pilihan gerakan tarbiyah –cikal bakal PKS- untuk masuk dan terlibat dalam demokrasi. Dalam buku tersebut, Anis mewanti-wanti kader PKS untuk siap menghadapi era demokrasi dan keterbukaan, di mana 'kebenaran dan kebathilan sama-sama bersaing untuk meraih simpati masyarakat'. Maka di era persaingan politik ini menurut Anis, yang harus dilakukan kader PKS adalah 'membuktikan bahwa yang benar di mata Islam adalah benar juga di depan hukum, dan apa yang salah menurut Islam adalah juga salah menurut hukum yang berlaku'.
Seperti jamaknya ajaran agama, bahwa siapa mampu menghadapi cobaan, maka sesungguhnya Tuhan sedang mengujinya untuk membuat ia tangguh. Tapi, barangsiapa gagal menghadapi cobaan -sesuai kadarnya- maka sesungguhnya ia telah gagal mencapai derajat keimanan. Analogi ini tepat untuk PKS. Pilihannya sederhana; jika sukses menghadapi 'cobaan demokrasi' ini, maka PKS akan semakin kuat dan beranjak menjadi salah satu kekuatan politik utama di Indonesia, sebaliknya jika gagal, maka PKS mengikuti pendahulunya partai-partai Islam yang 'masuk kotak', justru karena demokrasi.
Di atas itu semua, patut diapresiasi pilihan politik PKS untuk 'berani bertarung' dalam Demokrasi. Ketika beberapa gerakan Islam lainnya justru tidak berani berpolemik dalam politik, PKS justru masuk dalam politik praktis. 'Percuma saja berlayar, kalau takut Gelombang' begitu mungkin gubahan yang tepat. Maknanya; 'Buat apa punya cita-cita perubahan, kalau takut menghadapi cobaan demokrasi?'
*) Khairurrizqo adalah mahasiswa Pasca Sarjana Ilmu Politik Universitas Indonesia dan peneliti budaya politik di Hikaam Institute Jakarta.
Jumat, 15 April 2011
Alumi Jabar: Bom Cirebon untuk Memecah Belah Umat Islam
Aliansi Umat Islam (Alumi) Jabar menilai insiden bom bunuh diri saat Salat Jumat di Masjid Mapolresta Cirebon merupakan rekayasa untuk membangun stigma negatif terhadap umat Islam dan untuk memecah belah umat Islam.
Hal itu dikatakan Ketua Alumi Jabar Hedi Muhammad dalam rilis yang diterima detikbandung, Jumat (15/4/2011). Menurut Hedi, 32 dari 41 pimpinan ormas, LSM, OKP, maupun parpol yang tergabung dalam Alumi Jabar langsung menggelar rapat hari ini di Jalan Negla.
"Dalam rapat tadi kami menyepakati beberapa sikap mengenai insiden bom bunuh diri di masjid tadi siang," ujar Hedi.
Menurut Hedi, Alumi menilai peristiwa bom Cirebon merupakan bagian rekayasa untuk membangun stigma negatif terhadap Ummat Islam, sekaligus upaya menghidupkan isu terorisme untuk suatu kepentingan khusus.
"Persoalan NII gadungan yang mencuat bersamaan dengan peristiwa bom di Cirebon, menyusul isu Ahmadiyah yang tidak berhasil memprovokasi Ummat Islam, adalah terlampau besar untuk disebut kebetulan," tambahnya.
Meski terlalu dini untuk memprediksi identitas pelaku, kata Hedi, namun dapat dipastikan bahwa perekayasa rangkaian stigmatisasi ini adalah pihak yang menghendaki agar terjadi perpecahan di tengah Ummat Islam.
Alumi Jabar, menurut dia sepenuhnya sependapat dengan menteri agama yang menyatakan bahwa bom Cirebon dimaksudkan untuk mengadu domba Ummat Islam secara internal maupun eksternal.
Hal itu dikatakan Ketua Alumi Jabar Hedi Muhammad dalam rilis yang diterima detikbandung, Jumat (15/4/2011). Menurut Hedi, 32 dari 41 pimpinan ormas, LSM, OKP, maupun parpol yang tergabung dalam Alumi Jabar langsung menggelar rapat hari ini di Jalan Negla.
"Dalam rapat tadi kami menyepakati beberapa sikap mengenai insiden bom bunuh diri di masjid tadi siang," ujar Hedi.
Menurut Hedi, Alumi menilai peristiwa bom Cirebon merupakan bagian rekayasa untuk membangun stigma negatif terhadap Ummat Islam, sekaligus upaya menghidupkan isu terorisme untuk suatu kepentingan khusus.
"Persoalan NII gadungan yang mencuat bersamaan dengan peristiwa bom di Cirebon, menyusul isu Ahmadiyah yang tidak berhasil memprovokasi Ummat Islam, adalah terlampau besar untuk disebut kebetulan," tambahnya.
Meski terlalu dini untuk memprediksi identitas pelaku, kata Hedi, namun dapat dipastikan bahwa perekayasa rangkaian stigmatisasi ini adalah pihak yang menghendaki agar terjadi perpecahan di tengah Ummat Islam.
Alumi Jabar, menurut dia sepenuhnya sependapat dengan menteri agama yang menyatakan bahwa bom Cirebon dimaksudkan untuk mengadu domba Ummat Islam secara internal maupun eksternal.
Kamis, 14 April 2011
Bantulah Hajat Saudaramu dan Sembunyikan Aibnya
Islamedia - Bahkan, ketika Allah menegur kita karena sebuah maksiat, kadang teguran itu tidak datang langsung, melainkan ALlah menegur orang lain yang kemaksiatannya mirip dengan yang kita lakukan
Kawans disaat ghibah dan namimah sudah menjadi tontonan massal bahkan menjadi bisnis, (bayangkan, selain infotainment gossip artis gak jelas, sekarang juga sudah merambah ke dunia politik)
maka cukuplah bagi kita semuah hadits dibawah ini,
Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar RA, "Muslim itu saudara(nya) muslim. Ia tidak boleh menzaliminya dan tidak boleh menyerahkannya ke tangan musuh. Barangsiapa yang berkenan memenuhi hajat kebutuhan saudaranya, maka Allah pasti memenuhi hajatnya. Barangsiapa melepaskan suatu kesulitan muslim, maka Allah akan melepaskan darinya salah satu kesulitannya pada hari kiamat. Dan barangsiapa yang menutupi (aib) muslim, maka Allah akan menutupi (aib)nya pada hari kiamat." (Bukhari no. 2442 dan Muslim no. 2580)
Rasulullah saw.bersabda, "Barangsiapa yang melepaskan suatu kesusahan seroang mukmin di antara berbagai kesusahan dunia, maka Allah akan melepaskan darinya salah satu di antara berbagai kesulitan pada hari kiamat. Barangsiapa yang memudahkan orang yang mendapatkan kesulitan, maka Allah akan memberikan kemudahan baginya di dunia dan akhirat. Dan barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Dan Allah itu akan selalu membantu hamba jika ia mau membantu saudaranya. Dan barangsiapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan untuk menujusurga. Tidak ada suatu kaum yang berkumpul di salah satu rumah Allah seraya membaca kitab Allah -Al-Qur'an-dan mereka mempelajari Al-Qur'an tersebut kecuali akan turun kepada mereka ketenangan dan mereka pun akan diliputi rahmat Allah serta mereka akan diliputi malaikan, bahkan Allah pun akan menyebut-nyebut mereka di hadapan makhluk lain disisi-Nya. Serta, barangsiapa yang menangguhkan amal ibadahnya, maka tidak akan dipercepat keturunannya. (Muslim no. 2699)
Lalu bagaimana bila aib itu sudah tersebar, apa yang kita lakukan :
Kutipan dari Madarijus Salikin, Ibnul Qayyim al-Jauziyah
"Janganlah kamu menampakkan kegembiraan terhadap kejelekan (kesusahan) orang lain, karena boleh jadi Allah akan menyayangi dia dan mengujimu."
Sesungguhnya jika engkau tidur malam dan paginya merasa menyesal terhadap kejelekan-kejelekanmu, itu lebih baik daripada kalau engkau menunaikan shalat malam tetapi pagi harinya merasa ujub, karena amal orang yang ujub tidak akan naik kepada Allah. Engkau tertawa sambil mengakui dosamu lebih baik daripada engkau menangis tetapi bersikap mentang-mentang, bermegah diri dengan amalan. Ratap tangis orang-orang yang berdosa lebih dicintai Allah daripada riuh rendahnya suara orang-orang yang bertasbih tetapi membanggakan diri / kelompok. Barangkali dengan dosanya (yang disesalinya) ini Allah meminumkan obat kepadanya untuk mengeluarkan penyakit yang mematikan yang kini ada pada dirimu tetapi engkau tidak merasa.(Esson)